Aku punya mimpi, mimpi yang mungkin juga dimiliki sebagian orang didunia ini. Aku gantungkan banyak mimpi itu disana, jauh diatas langit yang tinggi. Ketika aku menceritakan mimpiku ke banyak orang, mereka hanya membalas dengan kata-kata “mimpi”. Haha. Memang aku hanya bercerita tentang mimpiku, jadi pantas saja mereka membalas ceritaku dengan kata mimpi. Sembari mereka tertawa aku lanjutkan beberapa rutinitasku.
Dahulu kala, sebelum masuk ke sini. Aku bermimpi menjadi seorang peternak bakteri. Ya, itu istilah sempit dan yang suka aku sebut dari kata ilmuwan. Bekerja dengan alat-alat lab yang beragam jenisnya dan bakteri-bakteri yang entah apa namanya. Aku selalu ingin berkenalan dengan mereka, mengamati mereka sampai mencandra segala apa yang mereka punya. Namun, takdir menuntunku kesini, mendalami ilmu sebagai seorang pendidik. Sempat tidak terima dengan kondisi ini, sampai suatu saat seseorang berkata padaku. “bermimpilah, maka Allah akan memeluk mimpimu”. Aku tersadar dari tidur panjangku, manusia memang hanya bisa bemimpi dan memperjuangkanya sembari berdoa. Selebihnya Allah yang menentukan.
Mimpilah setinggi-tingginya, jauh diatas langit. Jika tercapai kau berarti sukses. Jika kau jatuh, kau akan jatuh diantara bintang-bintang.
Semakin sadar dan menghayati kata seorang dosen, bahwa menjadi pendidik adalah tugas yang mulia, mencerdaskan sembari menginspirasi peserta didiknya.
Sragen, 13 Juli 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H