Menemukan buku ini dijajaran banyak buku di rak perpus merupakan suatu keberuntungan bagi saya. Pertama saya tertarik dengan sampulnya, warnanya merah membuat saya ingin tahu apa isi buku tersebut. The Heart Of Seven Awareness yang ditulis oleh Nanang Qosim Yusuf. Banyakcerita inspiratif yang bisa kita dapatkan disana. Cara membaca buku tersebut juga unik, pada halaman awal dituliskan tatacara membaca buku ini. Pokoknya beda sama yang lain. Ada salah satu cerita dari buku tersebut yang menarik, diantaranya seperti berikut :
Ada 2 ibu-ibu yang datang ke pak kyai yang sudah terkenal. Ibu pertama curhat, “pak kyai saya punya dosa besar,dan saya sadar telah melakukan hal yang dilarang,saya takut pak kyai”. Dan ibu yang kedua curhat, “pak Kyai,saudara saya punya dosa besar.(menjelaskan kalau dirinya tidak banyak dosa)”. Setelah itu pak Kyai menyuruh 2 ibu tadi. Ibu yang pertama disuruh untuk mengambil satu batu besar,sedangkan ibu yang kedua disuruh mengambil kerikil kecil dan jumlahnya banyak. Setelah selesai ibu tadi kembali ke pak kyai. Lalu pak Kyai bertanya kepada ibu yang pertama,jika engkau disuruh mengembalikan buku ini apa engkau masih ingat tempatnya? Masih pak kyai,jawab si ibu yang pertama. Selanjutnya pak kyai bertanya kepada ibu yang kedua,jika engkau disuruh mengembalikan kerikil-kerikil ini apa engkau mampu mengembalikan ketempat semula? Saya lupa pak Kyai,jawab ibu yang kedua.
Hikmah yang dapat diambil dari cerita ini adalah jika kita punya dosa dan kita mengakui serta segera bertaubat maka kita akan bisa kembali menjadi orang yang benar, tetapi jika kita tidak sadar akan dosa-dosa kita, walaupun itu dosa kecil maka lama-lama akan menjadi dosa besar. Tak mungkin ada seseorang yang tidak punya dosa, walaupun sekecil apapun pasti punya dosa. Sadar (aware) merupakan langkah pertama untuk taubat, Allah selalu mengampuni hambaNya. Setelah sadar bahwa kita punya dosa seharusnya segera memperbaiki dan tidak akan pernah mengulanginya. Sedikit cerita, dulu saya pernah mengirim surat kepada Guru saya waktu SMP, Ibu Umi Supraptinah namanya, tepatnya waktu SMP kelas 3,alasan saya mengirim surat itu karena saya dapet nilai jelek dalam bab statistika, waktu itu saya dapat nilai 65, saya diremidi dan dibawahnya saya tuliskan kata-kata yang kurang lebih seperti ini. “Bu Umi, saya minta maaf soalnya nilai saya jelek, saya akan belajar lebih giat lagi, maaf ya bu”. Dan Bu Umi membalasnya. “Orang yang baik bukanlah orang yang tak pernah salah, tetapi orang yang baik adalah seseorang yang mengetahui kesalahannya dan segera memperbaikinya”. Langsung sejuk rasanya, memang seharusnya seperti itu seorang guru, selalu bisa memaafkan dan menginspirasi murid-muridnya. AWARE, sadar, segera perbaiki diri kita.
Sragen, 28 Januari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H