Mohon tunggu...
Dewi Ery Ardani
Dewi Ery Ardani Mohon Tunggu... Wife of Zaini Yusuf -

Forever a happy soul, insyaAllah Email : dewiery.ardani@gmail.com IG : @dewiery01

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Valentinsiana] Mitokondria dan Telepon Ketiga

14 Februari 2014   14:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:49 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber gambar : kforkathy.tumblr.com



*Pasangan No. 20 – Fandi Sido dan Dewi Ery Ardani

*

Februari.Kota Sala beringsut pelan.

“Apa rahasiamu?” pancing si penyiar --semacam kata sandi yang harus diucap setiap penelepon. Butuh sepuluh detik sampai balasan terdengar.Panggilan pertama itu terjadi tiga malam sebelum Valentine. Di sebuah bilik studio radio bertuliskan KLOVEFM, Dewangga, si penyiar, menerima panggilan telepon kesekian untuk program ‘Apa Rahasiamu’.

Rahasiaku yang boleh diketahui siapa saja.

Basa-basi biasa.Dewanggamengecek sisa durasi dan mulai menanyakan cerita yang akan disampaikan penelepon bersuara perempuan. Program membolehkan siapapun menceritakan rahasianya, tanpa menyebut nama. Tetapi, seperti misteri benar, si penelepon malah memutuskan sambungan setelah hanya menyebutkan sepenggal kalimat.

Mitokondria. Tentang sebuah sel yang datang dari masa lalu...

Kemudian begitu saja, kalimat itu ditutup dengan panggilan akrab pada nada lirih, yang membuat penyiar itu heran, “…Angga.

Pada siang berikutnya, Dewanggamenjawab pertanyaan sang produser, Moktar, yang menanyakan apakah dirinya baik-baik saja. “Hanya tentang penelepon semalam,” jawabnya.

“Ada banyak penelepon rahasia di acara kita, Ngga,” Moktar mengingatkan.

“Iya. Tapi aku rasa… yang semalam itu beda. Rasa-rasanya, aku kenal suaranya….”

Moktar tersedak sebelum memperingatkan. “Kamu penyiar, penggemarmu banyak. Mereka rela ngapain aja buat… tahu sendiri, kamu ini…” Moktar seperti menikmati kekagumannya sendiri. “…berharga. Lain kali kalau ada yang coba mendekatimu lewat Apa Rahasiamu, siapa tahu dia malah pinginrahasiamu, atau…. Dengar, perempuan suka menyimpan memori yang laki-laki ingin lupakan.

“Aku tak punya motif.”

Moktar tertawa, “Yes, mungkin kamu tidak. Tapi dia…” Mengangkat pundaknya. “Di saat diam, perempuan justru sedang menyampaikan pesannya.”

Sisa es di gelas meleleh dikalahkan waktu.

Saat banyak orang menikmati cinta di jalanan, sebagian lainnya mengadu pada ruang kesendirian. Panggilan kedua masuk pukul delapan malam tanggal tigabelas, berdering lima menit sebelum penutupan segmen. Dewangga menandai jeda-jeda pendek pada suara itu.

Akan sangat bodoh jika lewat telepon ke acara sebuah radio, kuakui bahwa aku merindukanmu.

Dewangga meminta penelepon itu menjelaskan, karena kata-katanya sumir.

Mungkin kadung susah merindukan cowok yang penggemarnya banyak,” sahut suara di telepon.

Di meja penyiar, produser Moktar sudah mau memutus panggilan itu, tapi oleh Dewangga diminta menahan sebentar.

“Tolong, Mbak... siapapun kamu, silakan bercerita soal rahasia. Dan untuk selainnya, maaf kami sediakan acara dan sesi lain.”

Angga.

“Iya gimana?” Akhirnya penyiar itu mulai kikuk.

Setelah hening berdetik-detik, suara penelepon tak lebih dari desah napas yang rapat. Dewangga tepekur menunggu kecanggungan itu berakhir. Ia sama sekali tidak tahu bahwa tiga ribu kilometer jauhnya dari tempat ia berbicara, di sebuah meja kayu di kamar bercat jingga, perempuan itu tersenyum ke sebuah halaman buku.

Hujan menari ringan untuk mereka yang berjingkrak di atas trotoar yang retak, dan yangmenertawakan masa lalu di atas balkon-balkon redup. Sebelum tidur malam itu Dewangga mendadak bangkit dan membaca soal Mitokondria dan semua teori saintisnya. Selama setengah jam ia bingung antara menyerap kembali ingatan itu, atau melupakannya.

Bingkai kolase itu bertulis MITOKONDRIA DAN SAHABATNYA, memotret dua wajah ceria yang saling jahil tarik pipi dan rambut. Yang kiri adalah seorang kribo dengan kacamata tebalnya; dan yang kanan seorang cantik dengan dagu runcing dan rambut sebahu, tersenyum sampai bola matanya tak kelihatan. Friska, gadis di foto itu. Nama yang bertahun-tahun menguap dari kepala Dewangga.

Jumat adalah sesi terakhir Apa Rahasiamu setiap pekannya. Dewangga menikmati rutinitas, biar ingatannya soal Friska sejenak hilang. Sampai, telepon kejutan ketiga masuk.

Dewangga sudah siapkan kalimat. Tapi alih-alih menerima kalimat-kalimat misteri lain, Dewangga mendengar ucapan pesan yang jauh lebih gamblang.

Hei, Angga. Kamu tahu ‘kan KLOVEFM sudah bisa streaming di Kalimantan?

Dewangga diam.

Aku yakin kamu sudah baca lagi soal mitokondria. Kuasumsikan kamu sudah ingat siapa peneleponmu yang ini. Maaf, karena aku malah pakai jalur telepon radio umum. Kamu tahu sendiri, aku...

“Tunggu, tolong. Friska,” Dewangga akhirnya menyela. “Aku mengerti maksudmu. Bisakah kita bicara..., maksudku... di luar jam ini?”

Di meja produser, Moktar menggeleng-geleng. Acara “rahasia” ditelanjangi peneleponnya. Pikirnya di luar sana banyak fans kecewa. Tapi Dewangga terlanjur menggebu-gebu.

Kurasa tidak perlu, Ngga. Aku cuma kangen suaramu di telingaku langsung. Masa lalu itu indah, seperti... mitokondria.

Dewangga mematung di depan mikrofonnya. Jantungnya berdebar cepat. Seperti jutaan sel darahnya bergerak cepat.

Satu-satunya rahasia kita adalah bagian sel itu. Tapi kalau kamu mau ngasih tahu orang-orang soal fungsi mitokondria, aku bakal senang juga. Paling tidak, dulu kita pernah tersenyum sambil bercanda bilang, cinta selalu bisa dijelaskan lewat teori. Happy valentine. Untuk persahabatan yang meluap-luap, dan cinta yang malu-malu.”

Panggilan itu berakhir. Dewangga berteriak-teriak pada kebisuan.

Dari satu tambah satu sama dengan dua menjadi satu tambah satu sama dengan sebelas. Persahabatan selalu menjadi rumus pokok dalam pelajaran cinta. Sehingga persahabatan dan cinta adalah suatu kesatuan yang lekat.Seperti halnya minyak dan air, terpisah tapi berdampingan.

Dewangga mendekati mikorofonnya lagi, suatu pagi di bulan Mei. Ia tahu persis apa yang ingin disampaikan pada semua pendengarnya.

“Mitokondria jadi bagian teraktif dari sebuah inti sel. Fungsinya adalah mempercepat gerakan darah melewati bilik jantung. Itulah kenapa terjadi getaran di dada. Termasuk, karena perasaan cinta.”

Jauh di keheningan Kalimantan, Friska tersenyum mematikan radio, menutup bukunya.

--------------

[caption id="attachment_311994" align="aligncenter" width="454" caption="love"]

1392362890662641339
1392362890662641339
[/caption]

Bergabunglah bersama kami di :

FB Fiksiana Community|Twitter Fiksiana Community|Fiksiana Community di Kompasiana

Baca Fiksi Valentine lainnyaDI SINI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun