Mohon tunggu...
dewi sarie
dewi sarie Mohon Tunggu... -

Seorang Ibu pekerja dan beranak tiga..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahalnya Kursi Prioritas di KRL Express..

6 Januari 2011   09:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:54 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap harinya saya memanfaatkan jasa KRL expres dari Depok menuju Jakarta untuk sekedar mengais rejeki di Kota Jakarta. Saya pertama kali menggunakan jasa KRL expres ini  tiga tahun yang lalu tepatnya tahun 2008. Kaget ketika untuk pertama kalinya saya bisa sampai kantor dengan cepatnya, padahal saya berangkat lebih siang. Sangat terlambat untuk menyadari betapa hebatnya dan saktinya jenis transportasi ini karena sebenarnya sejak tahun 2007 saya sudah tinggal di Depok dan setiap harinya saya harus rela berdiri selama dua jam di bis patas ac dari Depok menuju Jakarta.

Dan ketika saya hamil anak yang kedua, saya sangat mensyukuri keberadaan kursi prioritas di KRL express ini karena saya berpikir pasti akan selalu bisa mendapat tempat duduk dikereta. Tapi ternyata itu hanya mimpi. Untuk mendapatkannya ternyata tidak mudah. Masa kehamilan terberat adalah disaat proses awal dan proses akhir. Namun sulit sekali mendapatkan kemudahan tempat duduk itu ketika proses awal itu sedang berjalan. Perut belum membuncit dan tidak kelihatan sedang hamil dan mungkin banyak yang tidak percaya bahwa saya sedang hamil. Dari awal sampai usia kehamilan empat bulan praktis saya berdiri karena saya bukan naik dari stasiun awal Depok Lama tapi dri stasiun Pndok Cina. Pernah suatu hari pada saat saya sudah hamil empat bulan (dimana perut mulai terlihat membuncit) saya naik dan meminta tempat duduk prioritas tersebut kepada seorang Bapak-bapak yang sedang tidur (ato pura-pura tidur) tapi tidak diberikan sampai saya bilang saya sedang hamil pak, tetep ga dikasih saya disuruh nyempil which is itu membuat saya sakit perut karena kejepit. Akhirnya saya memutuskan berdiri dan bapak itu tetap tidur, sedangkan mbak-mbak disebelahnya pun terlihat tidak peduli. Nice... Sampai Alhamdulillah hari itu saya bertemu petugas yang melakukan tugasnya dengan baik dan memintakan kursi ke Bapak yang sedang (ato pura-pura) tidur tadi. Sekali lagi Alhamdulillah akhirnya bisa duduk.. Dan kejadian seperti itu hampir terjadi setiap hari dan terjadi pada banyak orang disekitar saya. Banyak orang yang semakin tidak peduli dan semakin tidak berempati  kepada orang disekitarnya.. Padahal saya  yakin yang naik KRL expres ini pasti bukan orang-orang sembarangan karena saya lihat hampir semuanya pekerja berpendidikan yang mengais rejeki disekitar Sudirman dan Thamrin yang merupakan distrik bisnis di Ibu Kota ini. Mungkinkah faktor tingginya pendidikan ini tidak ada hubungannya dengan empati dan kepedulian? Du No! Alhamdulillah saya masih beruntung tidak banyak hambatan untuk mendapatkan kursi prioritas tersebut selama kehamilan kedua waktu itu.

Hamil ketiga ternyata banyak pengalaman yang lebih buruk. Semakin banyak orang yang tinggal di pinggiran terutama kawasan Depok menjadikan KRL ini semakin sempit, penumpang semakin terhimpit dan banyaknya gangguan semakin membuat sesak. Tapi saya ingin fokus dimasalah kursi prioritas. Kursi ini diperuntukkan untuk wanita hamil, manula, orang cacat dan ibu yang membawa balita. Dikehamilan saya yang keenambulan saya sempat mengalami perjalanan berdiri sampe Depok. Bukan masalah berdirinya saja tapi ditumpuk jadwal kereta sebelumnya yang tidak berjalan menjadikan penumpang dua kereta jadi satu kerete jadi lengkaplah penderitaan saya. Saya sudah sengaja mengambil pintu didekat pintu masuk prioritas. Dan ketika saya masuk pun orang-orang (yang peduli - sayangnya mereka juga berdiri) juga sudah menyuruh duduk dikursi prirotas. Kapasitas kursi saat itu muat empat orang, 2 orang sedang hamil, 1 orang ibu yang sedang menjagai suaminya yang katanya sakit (keduanya masih dengan baju kerja rapi). Saya tepat berdiri didepannya dengan perut yang mulai membuncit dan berempet-empetan dengan penumpang lain. Semua orang sudah memintakan tempat duduk untuk saya, tapi ibu itu bilang maaf ya Mbak saya sedang jagain suami saya yang sedang sakit. Alhamdulillah saya masih mampu dan kuat berdiri ya Allah. Terima kasih atas kekuatan yang telah Engkau berikan. Saya turun distasiun Depok Baru dan ternyata begitu juga dengan suami istri tersebut. Guess? Si Ibu dan bapak turun dengan gagahnya dan tidak terlihat tanda sakit sama sekali. Hmmm...

Perjalanan berikutnya saya karena ketinggallan KRL express saya naik AC Ekonomi. Sudah 8 bulan saya hamil waktu itu. Saya tidak berharap banyak karena kereta AC Ekonomi pasti akan sangat penuh. Ketika saya naik memang sudah sangat penuh. Dan saya tepat masuk didekat kursi prioritas. Saya kaget karena saat itu (kereta ini dari  Bogor) seorang nenek-nenek  sudah berdiri didepan kursi prioritas dimana kursi-kursi tersebut diisi tiga orang anak yang masih muda-muda, mungkin sekitar 25tahun dan sibuk mengobrol. Ntah dari stasiun mana nenek itu sudah berdiri. Dan tak satupun mereka memberikan tempat duduknya untuk nenek itu. Ya Allah maafkan mereka, tidak ingatkah mereka pada nenek-nenek meraka sendiri. Sampe akhirnya nenek itu duduk di stasiun Kalibata setelah anak-anak tersebut turun. Dan saya sendiri tetap berdiri sampe stasiun Cawang..

Pada saat usia kehamilan memasuki bulan Sembilan, saya memutuskan untuk belum mengambil cuti (salah sendiri kali yah??). Apa yang saya alami lebih buruk. Selama tiga hari berturut-turut ntah kenapa saya mengalami kejadian buruk dari yang suruh duduk nyempil (hamil 9 bulan bo suruh nyempil) -padahal semua penumpang sudah teriak-teriak ke Bapak itu untuk berdiri, trus ketika naik nyari kursi diprioritas tiba-tiba masnya langsung mejem matanya sampe akhirnya ibu sebelahnya yang ngasih (mas kalo istrimu hamil trus ga ada yang ngasih tempat duduk gimana mas? Apa yang kira-kira kamu rasakan?) dan terakhir adalah yang terparah atau mungkin ini sebagai akibat saya yang datang sangat telat saat kereta sudah hampir berangkat? Pagi itu saya naik KRL expres Tanah Abang 8.20 dan saya naik digerbong paling belakang. Karena perut sudah sangat besar dan kereta mulai berjalan saya sudah tidak berani berjalan lagi dan memutuskan berdiri disamping kursi belakang. Didepan saya tidak jauh ada mas dan mbak yang mungkin sedang pacaran karena mereka terlihat mesara sekali dan menatap saya berulang-ulang tapi tidak memberikan respon apapun alias sama sekali tidak berusaha memberikan tempat duduknya buat saya. Karena sampai UP tidak mendapat tempat duduk saya pun akhirnya minta Koran ke penumpang lain untuk duduk. Sesaat setelah saya duduk petugas tiket (ada 3 orang) memeriksa tiket namun tidak berbuat sesuatu sama sekali. Mungkin berpikir saya sudah nyaman kali ya saya duduk ngesot? Ntahlah.. Tapi satu hal yang pasti saya sangat kecewa dengan petugas-petugas tadi. Karena menurut saya batas tanggung jawabnya tidak terbatas hanya untuk memeriksa tiket.  Dan ini sudah sering sekali saya lihat. Sudah sepantasnya KAI (atau outsourcing dari KAI) untuk mentraining pegawai-pegawainya terlebih dahulu agar meraka lebih siap bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka dan mereka bisa paham apa saja yang mesti mereka lakukan jika menghadapi berbagai macam situasi.

Tulisan ini mungkin mewakili wanita-wanita hamil pemakai jasa KRL expres. Kami tidak ingin dikasihani karena kami hamil bukan untuk dikasihani. Kami hanya ingin mendapatkan pengertian dari penumpang yang lain karena tidak mudah dari kami yang sedang hamil untuk dapat kuat tegak berdiri disepanjang perjalanan menuju Jakarta. Kami juga hanya sekedar ingin memanfaatkan fasilitas yang sudah diberikan. Semoga KAI  bisa lebih memperhatikan kami dan masih ada empati dari penumpang yang lain. Ingatlah perjuangan ibu yang telah melahirkan dan membesarkan kita.. Semoga bisa dijadikan renungan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun