Dalam rangka pengabdian kepada masyarakat, Universitas Jember melepas 3.701 mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan secara individu di desa masing-masing yang kemudian disebut dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village III.
Dengan tujuan mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan, Dewi Asiyah seorang mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) Fakultas Teknologi Pertanian dari kelompok 72 memilih tematik Pemberdayaan Wirausaha UMKM/Masyarakat Terdampak Covid-19 dengan Dosen Pembimbing Lapang (DPL) dr. Adelia Handoko, M.Si. Dalam pelaksanaan KKN BTV III ini dilakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Pandemi Covid -19 yang saat ini menyebar ke seluruh indonesia berdampak terhadap perekonomian indonesia, termasuk Desa Banjarejo. Desa Banjarejo merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Potensi Desa Banjarejo berada di sektor pertanian dan tentu sebagian besar pekerjaan masyarakatnya adalah sebagai petani. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian warga desa juga ada yang bekerja di bidang wirausaha yaitu sebagai pedagang. Usaha dagang yang dijalankan masyarakat desa adalah seperti memiliki usaha toko kelontong, toko serba guna dan produksi kue basah.
Salah satu usaha kue basah di Desa Banjarejo adalah Kue basah milik Mbak Ning, wanita kelahiran 27 Agustus 1993 memulai usaha rumahan ini sejak tahun 2015 hingga sekarang. Jenis kue basah yang diproduksi Mbak Ning sangat bermacam-macam seperti onde-onde, roti kukus, lapis, bikang, dadar gulung, kue tok, pastel, risoles dan masih banyak lainnya. Penjualan kue basah Mbak Ning dilakukan dengan sistem pre-order.
Artinya konsumen dapat membeli kue basah dengan cara memesan terlebih dahulu, karena konsumen yang membeli kue basah miliknya mayoritas untuk hajatan. Sehingga jumlah pembeliannya dalam jumlah besar. Untuk memperluas penjualannya, Mbak Ning biasa mempromosikan kue basah miliknya melalui story akun media sosialnya. Konsumen kue basah milik Mbak Ning biasanya adalah warga Desa Banjarejo itu sendiri dan Desa lain terdekat.
Meningkatnya kasus Covid-19 dan munculnya varian baru menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan penerapan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang saat ini sudah masuk level 4 sehingga menyebabkan penjualan kue basah Mbak Ning sangat menurun drastis. Pasalnya kegiatan yang bersifat menyebabkan kerumunan seperti hajatan tidak diizinkan oleh pemerintah.
“Musim covid seperti ini jarang ada yang pesen. Apalagi PPKM gini kan nggak boleh mengadakan acara besar dan hajatan,” ucap Mbak Ning.
Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kecanggihan teknologi menjadi penghambat untuk peningkatan penjualan secara online. Permasalahan yang dialami oleh Mbak Ning adalah sulitnya pengoperasian gadget untuk menunjang kegiatan usaha secara online. Selain itu, Mbak Ning masih belum memiliki akun sosial media untuk usaha mereka sebagai sarana pemasaran dan informasi terkait lokasi usaha, produk yang mereka jual serta contact person yang dapat dihubungi.
“Kalau promosi ya hanya mulut ke mulut. Kadang bikin story di WA. Itu saja,” penyampaian Mbak Ning tentang cara promosi kue basahnya.
Upaya yang dilakukan Dewi sebagai mahasiswa KKN BTV UNEJ adalah mengajak Mbak Ning melalui kegiatan edukasi, pelatihan dan pengembangan untuk meningkatkan omset. Mendorong program tematik wirausaha yang difokuskan bagi usaha kue basah Mbak Ning, Dewi membuat program kerja sedemikian rupa untuk membantu pengembangan usaha Mbak Ning melalui pelatihan keterampilan.
Aktvitas pemberdayaan mulai minggu kedua difokuskan pada kegiatan sosialisasi materi, pelatihan pembuatan desain logo dan pemasaran produk melalui media online. Melalui program permberdayaan ini diharapkan usaha Mbak Ning menjadi mandiri dan memanfaatkan digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H