Mohon tunggu...
Dewi Arinda M.
Dewi Arinda M. Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

hobby olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Indonesia Investment Outlook: Tantangan, Peluang, dan Peran sektor BI dalam Mendukung Investasi Indonesia di Era Transisi Politik 2024

15 November 2024   06:08 Diperbarui: 15 November 2024   06:10 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Selama masa pemerintahan Jokowi, pemerintah Indonesia memprioritaskan pembangunan infrastruktur untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Dalam konsekuensi yang sedang berlangsung hal ini dapat menciptakan dampak yang menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya seperti transportasi, logistik, dan manufaktur. Tentu saja pembangunan juga memerlukan dukungan investasi keuangan yang signifikan, termasuk sektor perbankan dimana lembaga keuangan yang penting dalam memobilitasi dana. Selain pembiayaan perusahaan, perbankan juga dapat berperan melalui pembiayaan proyek yang ditujukan untuk infrastruktur jangka panjang.

Salah satu tantangan yang muncul dari kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral AS adalah sektor investasi Indonesia. Kenaikan suku bunga akan mengakibatkan penguatan mata uang dolar AS, yang selanjutnya menekan nilai mata uang rupiah. BI harus memastikan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga agar investasi asing masih relevan. Secara bersamaan, sektor perbankan harus memastikan bahwa mereka memiliki modal yang cukup, serta likuiditas yang cukup untuk menghadapi kemungkinan ketidakstabilan dari perekonomian global. Oleh karena itu, salah satu mandat BI adalah untuk memastikan stabilitas sistem keuangan di negeri ini sehingga sektor perbankan masih dapat memainkan peran dalam investasi melalui layanan keuangan yang layak dan berdaya saing.

Kita tahu banwa tahun 2024 itu merupakan tahun pemilu yang seringkali menimbulkan ketidakpastian bagi investor. Sebelum pemilu, investor cenderung menunggu dan arus investasi melambat. Namun, salah satu pembicara dalam webinar mengatakan dengan optimis bahwasannya investasi  akan meningkat setelah pemilu, terutama mengingat stabilitas politik yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2025. Keadaan ini membuat investasi meningkatkan arus kas terutama dalam bentuk pembelian saham dan surat berharga. Bank akan memainkan fungsinya dalam memberikan pilihan pembiayaan yang lebih fleksibel dan produk investasi yang lebih aman kepada investor domestik dan internasional, terutama setelah pasar modal kembali stabil.

Selain itu, Indonesia juga menawarkan beberapa peluang investasi yang menarik, khususnya di sektor logam dasar, transportasi, pertambangan dan  kimia. Berdasarkan diskusi  webinar, sektor logam dasar merupakan potensi investasi terbesar seiring dengan meningkatnya permintaan global. Sebagai tambahan, sektor perbankan dan sektor pertambangan batu bara juga mempunyai potensi pertumbuhan yang tinggi. 

Lo Kheng Hong mengatakan bahwa bank-bank milik negara masing-masing menghasilkan keuntungan sebesar Rp 60 triliun dan sektor pertambangan sebesar Rp 35 triliun." 

Dengan kata lain, setiap perankan di indoensia masih mencatat keuntungan yang sangat besar. Secara kontras, perusahaan-perusahaan di sektor pertambangan masih mencatat keuntungan keseluruhan sebesar Rp 35 triliun per tahun. Namun, pendapatan ini masih jauh lebih rendah dari pendapatan bank milik negara. Menurut saya, dengan perbandingan ini, berarti Lo Kheng Hong mungkin mencoba untuk menunjukan mengapa sektor perbankan lebih menguntungkan dibandingkan sektor pertambangan. Dalam waktu yang sama, mereka juga menguntungkan, tetapi laba yang dihasilkan dari bank BUMN jauh lebih konsisten dan besar dalam industri.

Tidak kalah penting salah satu topik yang menurut saya menarik dalam webinar tersebut adalah perspektif investasi dari sudut pandang generasi muda. Bagi banyak anak muda, berinvestasi sering kali bersifat emosional dan sulit dilakukan mengingat volatilitas pasar. Strategi investasi yang direkomendasikan mencakup alokasi yang bijaksana. Artinya 35% untuk dividen, 25% untuk capital gain, dan sisanya untuk investasi lain sesuai kebutuhan. Selain itu, bank dapat menawarkan produk investasi yang lebih murah dan mengedukasi generasi muda akan pentingnya kesabaran dan perencanaan investasi jangka panjang agar  tidak tertipu oleh fluktuasi pasar.

Kesimpulan

Pembangunan infrastruktur pada masa pemerintahan Jokowi menjadi prioritas untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dampak buruk pembangunan infrastruktur terlihat pada beberapa sektor, antara lain transportasi, logistik, dan manufaktur. Dengan dukungan finansial yang terus-menerus diberikan oleh lembaga-lembaga perbankan di negara ini, tantangan eksternal global seperti kenaikan suku bunga AS telah menambah kompleksitas secara signifikan. Pada bulan Desember 2024, ketika negara ini menghadapi pemilu nasional dua tahunan, tahun ini menjadi tahun yang sangat penting, karena pemilu nasional mempengaruhi investasi. Namun prospek stabilitas politik pasca pemilu 2025 diperkirakan akan kembali menarik minat investasi, khususnya di industri Logam Dasar, transportasi, serta pertambangan dan kimia. Webinar ini juga mencakup perspektif investasi generasi muda mendatang, meninggalkan pendidikan investasi jangka panjang dan strategi alokasi yang bijaksana dan edukasi investasi jangka panjang guna mengatasi fluktuasi pasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun