Apa sih konflik sampit itu? Konflik Sampit atau Perang Sampit adalah sebuah peristiwa Kerusuhan antar etnis yang terjadi di pulau Kalimantan pada tahun 2001. bermula sejak 18 Februari 2001, Konflik ini berlangsung sepanjang tahun 2021. Sebelum kita membahas tentang penyebab dan dampak yang terjadi mari kita bahas dulu kok bisa sih konflik sampit ini terjadi.
Latar belakang tragedi di Sampit mencakup sejarah panjang ketegangan dan perselisihan antara Suku Dayak dan Madura. Tanda-tanda ketidakharmonisan antara kedua kelompok ini sebenarnya telah muncul sejak 1972. Ketidak harmonisan tersebut kemudian menciptakan perasaan dendam yang tumbuh seiring waktu di antara Suku Dayak dan Madura. Kejadian ini pun memunculkan dendam yang mendalam bagi Suku Dayak terhadap masyarakat Suku Madura yang tinggal di Kalimantan. Lalu, pada 1982, muncul sebuah kasus pembunuhan oleh orang bersuku Madura. Kasus ini tidak mendapatkan penyelesaian yang memuaskan sehingga meninggalkan luka emosional yang dalam bagi Suku Dayak. Suku Dayak merasa eksistensinya terancam oleh Suku Madura yang kian intens menguasai semua sendi kehidupan di Kota Sampit. Hal yang memperburuk situasi adalah adanya peraturan baru yang memberikan hak bagi warga Madura kontrol atas sektor industri komersial di provinsi tersebut. Dengan begitu, warga Madura mendapatkan kekuasaan dan peluang ekonomi yang lebih besar.
Konflik ini melibatkan dua buah etnis antara suku Dayak asli dan warga dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik ini mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan. Dari laporan data, banyak warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh masyarakat Dayak dalam konflik ini.
Lalu bagaimana cara mengatasi konflik tersebut? Peran pemerintah dan suku tersebut sangatlah penting demi menciptakan keharmonisan antar suku. seperti tersedianya lembaga-lembaga Arbitrase negara dalam proses mediasi terhadap suku yang sedang berkonflik. Lalu bagaimana cara mencegahnya terjadinya konflik tersebut agat tida terulang kembali ? Salah satunya adalah pemberian edukasi sejak dini terhadap anak bangsa tentang pentingnya toleransi terhadap sesama sebagai warga negara Indonesia dengan beragam suku, budaya dan agama untuk membentuk karakter yang memiliki sikap toleransi yang tinggi, serta membangun rasa kekeluargaan sebagai warga negara yang satu agar tak terpecah belah oleh provokator. Sebagai warga negara yang kaya akan keragaman suku dan budaya kita harus menjunjung tinggi toleransi agar kita tidak terpecah belah, kita juga harus pandai dalam memilah dan memilih rumor yang beredar dan tidak mudah tersulut amarah karena hasutan provokator. Konflik antar suku sangatlah sering terjadi di negara yang memiliki 1.300 suku bangsa ini, walau sering terjadi bukan berarti kita tidak harus berupaya dalam mengatasi dan mencegah konflik ini terjadi kembali.
Setelah kita mengaetahui kronologi, faktor penyebab, dampak yang terjadi dan cara mengetasinya saya juga akan memberikan Saran terhadap tragedi sampit ini yaitu pemerintah harus cepat mengantisipasi konflik yang terjadi tidak hanya konflik sampit saja akan tetapi beberapa konflik yang bisa saja terjadi, membuat kampanye perdamaian di media serta membimbing masyarakat agar selalu mengutamakan persatuan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman akibat perbedaan.
Dengan kasus yang saya analisis ini sangat relefan dengan salah satu tokoh filsuf yang saya pelajari di mata kuliah filsafat psikologi, nama tokoh filsafatnya adalah DILTHEY dalam filsafat beliau membahas tentang ilmu pengetahuan sosial.
NAMA: Dewi Apriana Aisa Putri
Nim: 1512300057
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H