Pakde capek ? Koh Ahok capek ? Mampirlah ke gubuk saya, mungkin disana Pakde bisa menemukan anak bangsa yang menghargai semangat kerja Pakde membangun bangsa, mungkin juga disana Koh menemukan muslim yang cinta damai.
Kita punya PR besaruntuk mengejar ketinggalan kita. Meski sudah merdeka selama 71 tahun, kita masih gitu-gitu aja. Bandingkan dengan Korea Selatan yang merdeka di tahun 1948, atau Singapura yang merdeka di tahun 1965. Sudah ketinggalan jauh, tapi nggak sadar juga. Hobinya nyinyir dan demo. Pakde terpaksa sibuk mengurusi soal politik dan keamanan, padahal beliau seharusnya memberikan fokus untuk membangun perekonomian negara. Maafkan teman-teman kami Pakde...
Setidaknya kalau memang tidak bisa menyumbangkan apapun untuk negara, jangan mengganggu orang-orang yang sedang kerja, kerja, kerja untuk menyejahterakan keluarga dan memajukan bangsa. Kalau hobinya demo dan demo, siap-siap saja investor asing akan kehilangan kepercayaan terhadap Indonesia. Akibatnya, perekonomian merosot dan rakyat miskin jadi makin miskin. Lalu ada kesempatan ramai-ramai menyalahkan pemerintah seakan-akan tidak becus. Untuk orang-orang ini pertanyaan saya hanya satu : Anda waras?
Sepanjang sejarahnya, agama senantiasa dibajak demi berbagai kepentingan pragmatis, tak terkecuali Islam. Maka hari ini, wajah Islam yang muncul ke permukaan adalah wajah Islam yang dikotori kepentingan-kepentingan sesaat tersebut.
“Tidak ada yang mencederai agama sehebat politik” ujar Khaled Abou El-Fadl. Politik adalah salah satu dari sekian banyak “kepentingan” yang menodai wajah Islam. Islam yang semula lahir demi membebaskan umat manusia dari cengkeraman kebodohan, kejahilan dan penindasan lambat laun menderita gejala yang sama dengan kondisi yang justru ingin dihilangkannya.
Lantas, jika berkaca ke belakang, apa yang bisa dibanggakan dengan Islam hari ini ?
“It was Islam that carried the light of learning through so many centuries, paving the way forEurope’s Renaissance and Enlightenment. It was innovation in Muslim communities that developed the order of algebra; our magnetic compassand tools of navigation; our mastery of pens and printing; our understanding of how disease spreads and how it can be healed” (thenewatlantis.com)
Namun,hari ini “obor” ilmu dan teknologi tersebut telah terlepas dari genggaman kaum muslimin.
Ahsudahlah ya… nanti saya dianggap menistakan agama lagi...
Islam bercita-cita mewujudkan masyarakat yang adil dan egaliter. Islam menganggap seluruh manusia sama, tanpa perbedaan warna kulit, ras,atau kebangsaan. Nabi Saw menegaskan hal ini pada kesempatan haji wada (haji terakhir) di Makkah. Beliau bersabda :
“Orang Arab tidak lebih tinggi daripada orang Ajam, begitu pula orang Ajam tidak lebih tinggi daripada orangArab; tidak ada perbedaan antara yang hitam dan yang putih, kecuali oleh tingkat kesalehan yang diperlihatkan dalam hubungannya dengan orang lain…Janganlah tunjukkan kepadaku kebanggaan keturunanmu, tapi tunjukkanlah perbuatan baikmu” (MusnadAhmad bin Hanbal).