Bila anda cerdas,sebenarnya anda tidak perlu berpikir njlimet untuk pilih sosok pemimpin yang tepat untuk negeri ini. Sudah saatnya kita move on dari pemimpin-pemimpin yang santun di muka tapi menohok-nohok dibelakang. Jujur saja, ketika anda memilih pemimpin bersorban (dalam tandakutip), beranikah anda menjamin isi kepalanya ?
Jawabannya tidak. Sama sekali.
Lantas, apakah ada ide siapa sih yang sebenarnya pantas memimpin negeri ini ? Bila andatak kunjung paham, mungkin ada baiknya anda bertanya pada para petugas kebersihan yang sebelumnya diperas keringatnya, yang dulu gaji mereka dipotong oleh mafia busuk. Kini ribuan petugas oranye bahagia bisa menghidupi keluarganya dengan kecukupan. Tidak ada lagi terdengar keluh kesah penderitaan mereka. Ujungnya mereka bekerja keras membersihkan sungai sungai dan jalanan Jakarta. Atau bertanyalah pada para pengamen yang mencari uang untuk sekedar bertahan hidup. Atau datanglah kepada pemulung atau orang miskin terlunta-lunta, para pengemis, tunawisma atau gelandangan. Mereka akan serempak menjawab satu nama. Ahok.
Ternyata mereka lebih brilian daripada kita. Terus terang saja.
Isu SARA menjadi identik dengan Ahok karena dia adalah cermin dari kaum minoritas yangselama ini memilih untuk “diam”. Ahok sendiri bilang, dia itu sudah keturunan Tionghoa, Kristen pula. Gaya bicara Ahok yang ceplas- ceplos dan apa adanya, yang dinilai “kasar” sesungguhnya adalah kata-kata yang justru sudah lama ingin kita sampaikan tetapi dipendam karena nyali kita tidak sebesar dia. Saya yakin di hati setiap orang Indonesia, terutama Jakarta tau bahwa apa yang dia katakan dan apa yang dia lakukan adalah “benar” dan seharusnya sudah dilakukan dari dulu-dulu. Iyo toh non ?
Pertanyaan stigmatisasi bahwa orang seiman pasti membela yang seiman ini mungkin berlaku pada orang lain. Terus terang saya berdiri membela Ahok karena akal sehat dan atas nilai nilai yang saya yakini. Saya muslim. Saya dukung Ahok. 100 %.
Maaf, memilih karena unsur satu agama, tidak masuk kriteria saya. Agama apapun yang dianutnya selagi kebijakannya senafas dengan pembelaannya pada publik pasti saya dukung.
“Untuk menguji karakter seseorang, berikan dia kekuasaan!” Quote dari Abraham Lincoln ini menurut saya sudah dibuktikan oleh Ahok selama dia menjabat melalui integritasnya, yang merupakan barang langka di Indonesia. Kita sebenarnya senang ketika Ahok memaki-maki para koruptor . Dalam hati kita bilang “Emank bener sih! Rasain lo!”.
Kita salut melihat sungai-sungai yang bersih yang dulunya lebih seperti tempat sampah daripada tempat penampungan air. Kalau bukan Ahok siapa yang berani memindahkan orang-orang kalap yang menduduki bataran sungai? Fauzi Bowo? Itu kan cuma Anies Baswedan yang berpendapat begitu.
Kemana saja duit yang digunakan Ahok untuk membersihkan sampah dan sungai, membangun rusun dan taman kota, memperkuat keamanan dengan sistem Qlue dan CCTV? Untuk beli UPS eh USB? Kok mendadak DKI banyak duit dan mampu membayar itu semua?
Ahok juga perlihatkan otaknya yang encer ketika berbicara. Perhatikan saja, dia bisa bicara panjang lebar yang kadang-kadang sulit di stop tanpa teks. Dia juga gak gaptek seperti pejabat sebelumnya, atau pura-pura gaptek? Menggunakan teknologi untuk transparansi. Rapat-rapat pengambilan keputusan diupload ke youtube, pekerjaan yang dilakukan dinas DKI di video bukan cuma dilaporkan, bahkan semua mesin pengeruk sungai dan alat berat lainnya dipasangi GPS (bukannya ikan seperti rencana Agus) supaya bisa diawasi semua benar-benar bekerja. Ahok memang bukan malaikat, tapi saya belum pernah melihat orang setulus dan seniat Ahok. Pernahkah kita melihat dan salut kepada Pasukan Oranye, Hijau, Biru dan Ungu? Tau ada aja enggak! Mungkin 1 orang yang bisa menyaingi dia adalah Pakde Jokowi sendiri. Mereka berdua bersaing dalam kebaikan, saudara saudara.