Mohon tunggu...
Dewi RA
Dewi RA Mohon Tunggu... -

Let me sing your mind out more elegant | student of Uswim, Papua

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pakde Emang Joss!

5 Desember 2016   18:01 Diperbarui: 5 Desember 2016   18:29 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semua mata tertuju padamu Pakde. Karna Pakde, point view saya tentang politik telah banyak bergeser. Dan bukan cuma saya Pakde, semua orang sekarang jadi melek politik berkat Pakde. Yang tidak pernah ngomong politik jadi ngerti info-info terbaru. Yang dulunya cuma bisa bisik – bisik tetangga, sekarang sudah mulai jago analisa politik.

Bagaimana bisa ?Pertama, sosok Ahok yang tangguh dan tak takut mati. Beberapa tahun ini narasi heroik tercipta, salah satunya, ya gara-gara sosok Ahok ini.  Kedua, perlawanan Rizieq dan politikus lain yang lebih taktis, massif, terstruktur, dan sistematis.  Ini mirip nonton film action. Ketiga, langkah Pakde yang di luar dugaan.  

Bagi orang-orang yang benar-benar mengerti langkah politis pemimpin, Pakde jelas dianggap sebagai orang yang menguasai arena pertandingan.  Dia tahu sekali apa yang harus dia lakukan.  Dia tidak hanya mengerti cara menyelamatkan diri.  Dia juga tahu cara membongkar kedok lawan.

Mengutip perkataan Mao Tse-Tung, “Politik adalah perang tanpa darah, sedangkan perang adalah politik dengan darah.”  

Apa yang dilakukan oleh politikus yang ingin menggulingkan Pakde ini licik sekali. Mereka mengorbankan puluhan ribu orang yang murni memperjuangkan ideologi khilafah.  Minimal, mereka telah menggaet muslim yang emosi karena dugaan penistaan agama oleh Ahok.

Ijinkan saya berpendapat.  Ada tiga kelompok yang mudah sekali terpengaruh untuk ikut berdemo.  Yang pertama kelompok nasi bungkus yang tidak penting negara ini mau kemana.  Yang kedua adalah kaum radikal yang dengan cepat meresponi panggilan untuk jihad hanya karena kicauan Rizieq.  Yang ketiga, kelompok yang paling sedikit dari semua adalah orang-orang yang mau dibayar untuk membuat kerusuhan seakan-akan Indonesia menjadi kacau karena 411. Tunggangan politis masuk lewat mereka.

Langkah catur Pakde yang paling yahud untuk memperkuat kekuasaan dan dukungan adalah ketika dia mendatangi Prabowo beberapa minggu lalu. Memang benar bahwa itu adalah langkah mencari kambing hitam atas tunggangan politik.  Kalau Pakde mengunjungi semua orang penting termasuk musuh bebuyutannya ketika pertarungan pilpres, artinya satu-satunya yang tidak dikunjungi adalah penunggang yang sebenarnya. PDKT Presiden Republik Lebaran Kuda terhadap Gerindra gagal. Ibaratnya, penunggang kuda memang sudah siap nikah dengan sang pengantin, tapi Pakde sebagai orang ketiga langsung mengambil hati si pengantin.  Sekali lirik oke saja lah.

Padahal, Presidan Republik Lebaran Kuda sudah hampir tertawa melihat terjepitnya Pakde di 411.

Lengkap sudah. Pakde dianggap tak peduli rakyat.  Kepolisian dianggap lalai dan bengis.  Ahok dianggap meremehkan.  GNPF-MUI menang banyak.  Presiden Republik Lebaran Kuda juga terkekeh-kekeh dengan kejadian ini.  Tinggal tunggu saja, ketika Ahok dibiarkan lolos oleh sebab argumentasi kata “pakai,” akan ada alasan lagi untuk menjatuhkan Pakde, yaitu karena Pakde tidak menegakkan hukum.

Tak dinyana.  Ada superman muncul.  Amnesty International tidak tinggal diam melihat golongan radikal yang memaksa polri untuk membuat Ahok tersangka.  Peringatan dari luar pun datang. Tanpa perlu PDKT, bala bantuan datang sendiri.

Pakde akan benar-benar menjadi bulan-bulanan jika pihak internasional turun tangan terhadap kasus Ahok.  Makin banyak demo dan kerusuhan terjadi, makin besar toleransi polri terhadap pendemo, bisa jadi makin banyak pula pihak asing yang turun tangan. Kali ini Amnesty International.  Mungkin saja nanti Interpol, FBI, atau CIA.  Hahaha..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun