[caption caption="Buku Ikon Kuliner Tradisional Indonesia"][/caption]Saat menghadiri nangkring Indonesia Juara Pariwisata di Kompasianival 2015, para peserta mendapat goodie bag yang berkesan. Bukan kaus, mug dan sebagainya, melainkan buku-buku tentang pesona Indonesia. Salah satunya adalah buku yang mengupas tentang kuliner tradisional Indonesia. Ada 30 kuliner yang tercatat sebagai ikon kuliner tradisional Indonesia. Apa saja? Yuk simak artikel berikut.
30 ikon kuliner tradisional Indonesia ini sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Kementerian Pariwisata akhir tahun 2012, namun mungkin belum banyak diketahui masyarakat luas. Tujuan dari penetapan ikon ini selain untuk melestarikan kekayaan kuliner tradisional juga untuk mempromosikan kuliner tanah air ke ranah global. Sehingga jika makan rendang, soto ayam atau tumpeng, penikmat kuliner mancanegara akan langsung teringat Indonesia.
Saya akui meski agak ketinggalan, langkah Kemenpar ini wajib didukung. Saat ini wisata bukan hanya ke suatu obyek yang menarik tetapi juga bisa dikemas dalam model belajar memasak seperti memasak ala Thailand yang cukup beken di kalangan wisatawan asing.
Memang dibandingkan negara tetangga seperti Thailand, masakan Indonesia belum begitu dikenal. Oleh karenanya mari kita promosikan kuliner Indonesia dimulai dari 30 kuliner yang terpilih sebagai ikon.
Ketigapuluh kuliner ini terdiri atas masakan, kudapan, dan minuman yang berasal dari kekayaan kuliner dari berbagai daerah. Kuliner ini lengkap dari sajian pembuka hingga penutup.
Dari pulau Sumatera terwakili oleh asam padeh tongkol Padang, pindang patin Palembang, rendang, sayur kapau Padang, dan sarikayo Minangkabau. Pulau Jawa mendominasi ikon kuliner, ada lebih dari 20 kuliner mulai dari asinan Jakarta, tahu telur Surabaya, soto ayam Lamongan, rawon Surabaya, gado-gado Jakarta, urap sayuran Yogyakarta, orak arik buncis Solo, sate ayam Madura, sate maranggi Purwakarta, nasi kuning Yogyakarta, nasi goreng kampung, nasi liwet Solo, ayam panggang bumbu rujak Yogyakarta, ayam goreng lengkuas Bandung, serabi Bandung, laksa Bogor, kolak pisang-ubi Bandung, nagasari Yogyakarta, kue lumpur Jakarta, lunpia Semarang, es dawet ayu Banjarnegara, kunyit asam Solo, dan bir pletok Jakarta. Sedangkan dari Sulawesi baru terwakili oleh klappertaart Manado dan sate lilit untuk perwakilan Bali. Sementara untuk pengikat nusantara adalah tumpeng yang mudah ditemukan di tiap daerah dan kaya filosofi.
[caption caption="Kue Lumpur yang Nikmat (Sumber: Buku Ikon Kuliner)"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/12/17/img-20151217-200831-480x511-jpg-5672b581b4927358058b4568.jpg?v=400&t=o?t=o&v=770)
Namun dari daftar tersebut mungkin banyak yang mengritisi mengapa kok didominasi kuliner Jawa dan belum mewakili seluruh daerah di Indonesia.
Rupanya pemilihan 30 ikon kuliner tersebut telah melewati seleksi yang rumit. Dari 70 kuliner kemudian mengerucut ke angka 30. Kriteria pemilihan ikon tersebut rupanya juga dilandasi oleh kemudahan memperoleh bumbu dan bahan masakan baik di dalam maupun di luar negeri, serta kriteria berikutnya yaitu disukai banyak orang. Kriteria lainnya adalah kuliner tersebut memiliki cerita dan cara memasaknya sudah memiliki standarisasi.
[caption caption="Aneka Bumbu yang Umum Digunakan di Kuliner Tradisional (Sumber: Buku Ikon Kuliner)"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/12/17/img-20151217-200854-640x491-jpg-5672b5cbae7e616f0fc7b8f2.jpg?v=400&t=o?t=o&v=770)
Saat ini sudah tiga tahun sejak pencanangan 30 ikon kuliner tradisional tersebut tapi rasanya upaya Kemenpar masih jalan di tempat. Yang terkenal dari 30 ikon tersebut ke mancanegara ya baru beberapa kuliner seperti rendang, soto ayam, sate ayam Madura, nasi goreng, dan gado-gado.