Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Solo Backpacker Menuju Kawah Ijen

14 November 2014   14:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:50 3978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_375114" align="aligncenter" width="400" caption="Puncak Ijen yang Mengular"][/caption]

Kawah Ijen di Banyuwangi sudah mendunia berkat kejuaraan sepeda bertaraf internasional. Sebagai warga kelahiran Jawa Timur ada perasaan menyesal tidak sejak dulu mengunjunginya. Dan ketika godaan untuk menikmati keindahan Ijen itu sulit dibendung, saya memutuskan untuk bersolo backpacker menuju Kawah Ijen.

Ada berbagai mode transportasi menuju Kawah Ijen. Karena lokasinya yang berada di ujung timur pulau Jawa, wisatawan bisa memilih turun di Bandara Ngurah Rai, Bali atau Bandara Juanda, Surabaya kemudian melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Ada pula pilihan berkereta api, meskipun rutenya cukup melelahkan, Jakarta-Surabaya dilanjutkan dengan Surabaya-Banyuwangi, atau Jakarta-Malang dan kemudian naik kereta api Malang-Banyuwangi.

Setelah menghitung-hitung budget dan memperhatikan waktu penerbangan, akhirnya saya memilih perjalanan darat via kereta. Sekitar pukul 16.00 berangkat dari Stasiun Pasar Senen dan pada pukul 15.00 keesokan harinya saya sudah tiba Stasiun Karangasem, Banyuwangi. Cukup melelahkan tapi antusiasme saya mengalahkan rasa penat. Sudah terbayang di benak, perjalanan mendaki yang akan terbalas oleh panorama yang indah.

Setelah istirahat cukup di penginapan, sekitar pukul 03.00 pagi saya sudah terbangun. Saya hanya membawa ransel berisi air minum, topi, sarung tangan, dan syal seraya mengenakan jaket dan sepatu. Saya sudah siap menuju Kawah Ijen.

Perjalanan menuju kaki gunung cukup jauh. Semakin mendekati gunung, hawa semakin dingin dan gigi mulai gemletukan.Saya mengambil syal dalam tas dan mencari sarung tangan untuk membantu menghangatkan tubuh.

[caption id="attachment_375115" align="aligncenter" width="225" caption="Awal Pendakian"]

14159236741617464354
14159236741617464354
[/caption]

Lebih dari satu jam saya membonceng motor. Akhirnya tibalah saya di awal pendakian Ijen. Wah senangnya. Kata petugas di kantor administrasi, perjalanan mendaki memakan waktu sekitar 2-3 jam. Saya perlu pemanasan sebentar.

[caption id="attachment_375116" align="aligncenter" width="333" caption="Panorama Menuju Puncak"]

1415923774395554579
1415923774395554579
[/caption]

Dan mulailah perjalanan mendaki. Selama mendaki saya beberapa kali berpapasan dengan pengunjung yang turun dari puncak setelah bermalam untuk menyaksikan blue fire di kawah. Ada juga pengunjung yang mendaki berombongan. Tidak sedikit di antaranya yang sudah kakek nenek.

Saya mendaki dengan santai. Inilah enaknya solo traveling, bisa mengatur jadwal dan rute perjalanan sendiri. Jika ingin berfoto, saya bisa berhenti sesuka hati tanpa ada yang protes.

Ada banyak pemandangan yang ingin dinikmati secara perlahan. Agak sedih juga mengingat kamera saya yang rusak sehingga hanya mengandalkan kamera di ponsel.

Meskipun jalur pendakiannya tergolong pemula-menengah, ada beberapa bagian yang berpasir sehingga rentan terpeleset jika tidak berhati-hati. Ada juga bagian pendakian yang sudutnya tajam, lebih dari 30 derajat sehingga cukup menyedot energi. Namun setelah melalui jalur tersebut, jalur setelahnya lebih banyak mendatar.

[caption id="attachment_375118" align="aligncenter" width="300" caption="Menuju Puncak"]

14159238861992532979
14159238861992532979
[/caption]

Wah wah wah semakin ke puncak pemandangan semakin indah. Saya tak puas-puasnya memandanginya. Luar biasa. Indonesia memang banyak memiliki pemandangan yang wonderful. Setelah Kawah Ijen, saya jadi makin tertarik untuk menjelajah tempat menawan lainnya yang sering dipromosikan sebagai Wonderful Indonesia

[caption id="attachment_375128" align="aligncenter" width="300" caption="Kawah Ijen "]

14159246741598062769
14159246741598062769
[/caption]

Selain pendaki, saya juga sering berpapasan dengan penambang belerang. Mereka memanggul keranjang yang beratnya bisa mencapai 80-100 kilogram. Ada kalanya mereka menawarkan suvenir yang dibuat sendiri oleh mereka dari belerang berwarna kuning.

[caption id="attachment_375121" align="aligncenter" width="300" caption="Belerang Kuning"]

141592406036295968
141592406036295968
[/caption]

Akhirnya saya tiba juga di Kawah Ijen dan menatap kawahnya yang hijau kebiruan. Hawa belerang semakin tajam dan ketika asyik menikmati pesonanya, turis asing di sebelah saya menjerit. Wah kasihan, kamera DSLR-nya jatuh persis menuju kawah.

[caption id="attachment_375124" align="aligncenter" width="300" caption="Melihat Kawah "]

1415924127878324677
1415924127878324677
[/caption]

Saya duduk-duduk di bebatuan sambil tak bosan-bosannya memandangi pemandangan sekitar. Setelah sinar matahari mulai hangat, saya pun beranjak dari tempat duduk. Mengingat perjalanan turunnya yang memakan waktu 2-3 jam membuat saya malah enggan meninggalkan kawah. Ingin tetap di puncak dan puas menikmati panorama indah dan suasana yang damai.

[caption id="attachment_375125" align="aligncenter" width="400" caption="Beranjak Pulang"]

14159243901307491935
14159243901307491935
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun