[caption id="attachment_385048" align="aligncenter" width="400" caption="Thorin dan Bilbo"][/caption]
Sekuel Terakhir The Hobbit: The Battle of The Five Armies benar-benar tontonan yang menghibur jelang akhir tahun ini. Selain sekuel ini memang sangat ditunggu-tunggu pecinta dongeng JRR Tolkien, judul sekuelnya The Battle of The Five Armies memang sangat menjual. Apakah sekuel penutup ini sedahsyat sekuel terakhir The Lord of The Rings?
Film ini dibuka tanpa basa-basi. Penonton tidak diberikan kilas balik sekuel sebelumnya, melainkan langsung diteror oleh serangan mematikan dari si naga gila harta, Smaug yang suaranya diisi oleh si Sherlock Holmes serial, Beneditch Cumberbatch. Dengan senjata andalannya nafas berapi maka kota danau yang tidak jauh dari Gunung Erebor menjadi porak-poranda.
Si walikota tamak beserta asistennya berencana kabur dengan membawa kas perbendaharaan kota dengan perahunya namun gagal. Banyak pula para penduduk yang tak berhasil menyelamatkan diri. Si naga akhirnya berhasil ditundukkan oleh kesatria kota, Bard (Luke Evans) dengan kemampuan memanahnya.
Cerita kemudian bergeser ke rombongan kurcaci istana bawah gunung yang bereuni dengan anggota rombongannya yang tertinggal di kota danau. Si Kili (Aidan Turner) sudah sembuh dan sangat ingin bertemu dengan pamannya, Thorin Oakenshield (Richard Armitage). Para rombongan yang baru datang itu sangat terpesona dengan timbunan emas dan harta yang luar biasa. Namun, Bilbo (Martin Freeman), si hobbit, malah ingin mereka segera menyingkir dari istana ini agar tidak terjangkit kegilaan mendadak akibat terpengaruh oleh harta.
[caption id="attachment_385049" align="aligncenter" width="480" caption="Para Kurcaci"]
Bilbo sangat prihatin Thorinmengikuti jejak si Smaug berubah menjadi pemimpin gila harta yang mudah curiga dengan saudara dan anggota rombongannya. Thorin curiga ada salah satu dari mereka yang menyembunyikan permata yang merupakan pusaka keluarga, arkenstone.
Selain gila harta, Thorin tidak menunjukkan simpatinya terhadap para penduduk danau yang tak tersisa dan meminta bantuan. Ia tak mau memberikan sebagian hartanya ke para penduduk danau dan mengejek pimpinan peri, Thranduil (Lee Pace), yang meminta pusaka keluarganya berupa kalung. Bujukan dari Bilbo dan anggota rombongannya tidak membuatnya luluh. Ia tetap bersikukuh untuk tidak mau berkompromi dengan Bard ataupun Thranduil. Ia malah menantang mereka untuk berperang.
[caption id="attachment_385055" align="aligncenter" width="450" caption="Elrond Melawan Kegelapan"]
Di satu sisi, kekuatan kegelapan mulai meningkat. Para tetua peri, Galadriel (Cate Blanchett) dan Elrond (Hugo Weaving) dan penyihir putih Saruman (Christopher Lee) sibuk melawan roh Sauron dan sembilan roh raja manusia yang mungkar pemilik cincin di Dol Gundur. Sedangkan pasukan Orc terus memperkuat aliansinya dengan kekuatan kegelapan lainnya. Mereka bersiap menuju Erebor, selain untuk merampas harta juga lokasinya yang dianggap strategis.
Ulasan ini mungkin mengandung spoiller
Hemmm karena kursi sutradara masih dipegang Peter Jackson maka resepnya mungkin mirip-mirip dengan trilogi TLOTR. Pertempuran itulah momen yang paling menjual di sekuel penutup ini. Aura pertempurannya, dinamika ketegangan, dan penyelesaian dari pertempurannya tidak terlalu beda jauh dengan penutup TLOTR. Dan seperti TLOTR perlu ada anggota pasukan musuh yang membuat para penonton semakin bergidik dan tegang.
Saya menerka-nerka siapa saja yang dimaksud dengan lima pasukan itu? Ada pasukan manusia dipimpin Bard, pasukan peri dipimpin Thranduil dengan kesatrianya Legolas (Orlando Bloom) dan Tauriel (Evangeline Lily), pasukan Orc, serta pasukan kurcaci di bawah pimpinan Thorin dan sepupunya, Dain. Lantas siapa pasukan kelima? Bisa jadi yang dimaksud pasukan beast (Beorn dan pasukan elang dipimpin penyihir cokelat Radagast) atau pasukan musuh dari kerajaan kuno (goblin dan pasukan kelelawar raksasa).
[caption id="attachment_385061" align="aligncenter" width="450" caption="Pasukan Orc"]
Meskipun akhir pertempurannya bisa ditebak, melihat pasukan musuh yang luar biasa banyaknya membuat saya ikutan bergidik. Apalagi pasukan musuh juga tak kalah cerdiknya. Pimpinan Orc, Azog, sangat cerdik menyusun strategi untuk mengalahkan musuh.
Tentang pasukan musuh yang berupa raksasa dan adanya pasukan beast dan elang membuat saya teringat dengan sekuel The Chronicles of Narnia: Prince Caspian, dimana pasukan elang dan beast juga berada di pihak kebenaran. Sedangkan raksasa di buku serial Narnia juga dikisahkan berada di pihak musuh dan agak bodoh. Kemiripan ini memang wajar karena penulis Narnia, C.S. Lewis adalah kawan baik si JRR. Tolkien.
Untuk pertempuran, saya agak heran dengan pasukan orc yang mudah dikalahkan oleh rombongan kurcaci anak buah Thorin. Pasalnya, saat di film Hobbit sekuel sebelumnya, mereka lebih sering kabur dari para Orc daripada menghadapinya. Ataupun jika mereka menghadapinya, tidak semudah seperti pada sekuel penutup ini.
Terlepas dari sedikit kekurangannya, para pemain di sini memiliki kualitas akting yang memadai bahkan beberapa patut diacungi jempol. Si Thorin yang diperankan Richard Armitage salah satu yang patut diacungi jempol. Ia mampu bertransformasi dari pemimpin yang mabuk harta kembali menjadi pemimpin yang sebenarnya. Momen transformasinya itu manis.
[caption id="attachment_385079" align="aligncenter" width="450" caption="Bilbo Diperankan Martin Freeman"]
Untuk Bilbo, Martin Freeman, menurut saya ia cenderung bermain aman. Karakter ia di Sherlock Holmes sebagai dokter Watson tidak jauh beda dengan Bilbo, begitu pula ketika ia tampil di film The World’s End. Sementara penampilan Luke Evans sebagai Brad agak-agak mirip dengan penampilannya di Dracula Untold. Memang karakter Dracula di film tersebut yang mengayomi rakyatnya dan pemberani mirip dengan karakter si Bard.
Satu lagi momen dalam film yang tidak berlangsung lama tapi sangat menarik. Yaitu, adegan pertempuran antara trio Elrond-Galadriel-Saruman melawan Ruh Sauron-Sembilan Ruh Raja Mungkar. Penampilan Cate Blanchett sebagai Lady Galadriel walaupun sekilas sangat memikat. Apalagi di momen ini ia menunjukkan kemampuannya sebagai peri yang memiliki kekuatan luar biasa.
[caption id="attachment_385078" align="aligncenter" width="450" caption="Lady Galadriel"]
Kesimpulannya, film ini sangat menghibur dan memiliki rasa-rasa yang mirip dengan TLOTR. Hanya aura dan greget pertempurannya tensinya satu tingkat di bawah TLOTR. Tone-nya yang agak kelam mungkin disebabkan ada nama Guillermo del Toro di jajaran sceenplay-nya yang populer dengan film horor Mama dan Pan’s Labyrinth. Oh ya lagu yang ditayangkan di end credits, The Last Goodbye, sangat adem di telinga. Lagu ini dibawakan si pemeran Peregrin Took di TLOTR, Billy Boid.
Detail Film:
Judul : The Hobbit: The Battle of The Five Armies
Sutradara : Peter Jackson
Pemeran : Martin Freeman, Richard Armitage, Ian McKellen, Richard Armitage, Lee Pace, Luke Evans, Cate Blanchett, Orlando Bloom, Evangeline Lily, Hugo Weaving, Beneditch Cumberbatch.
Rating : 8.5/10
Sumber gambar: dari situs resmi The Hobbit (hobbit.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H