[caption caption="Poster Paper Towns"][/caption]Sama-sama berdasarkan karya John Green dan mengambil tokoh utama para remaja SMA, alhasil Paper Towns kerap dibanding-bandingkan dan dianggap mengekor kesuksesan The Fault in Our Stars. Padahal racikannya jelas berbeda. Tak ada drama mengharu biru dan untaian air mata di sini.
Paper Towns merupakan drama remaja tentang petualangan dan teka-teki. Tentang pencarian seorang gadis remaja yang menghilang secara misterius dan hanya meninggalkan pesan-pesan unik.
Margo remaja puteri ini sejak dulu memang doyan hal-hal tak biasa. Segala tentang dirinya bagi Quentin, tetangganya, adalah hal-hal unik berbau petualangan. Ia bisa berkenalan dengan siapa saja dan terlibat dengan hal-hal asyik yang sepertinya tak mungkin bagi orang kebanyakan. Namun Quentin tak bisa memungkiri jika sejak 11 tahun silam ia menyimpan rasa pada gadis ini.
Berbeda dengan Margo yang cantik, unik, dan populer, Quentin adalah remaja pendiam yang cerdas dan aktif di ekskul. Pergaulannya terbatas dan sahabatnya itu-itu saja dari kecil, yakni si jenius Radar dan si ceroboh Ben.
Hidup Quentin berubah ketika suatu malam Margo muncul dari jendela kamarnya. Ia meminta tolong Quentin untuk menyetir dan membantunya melakukan sesuatu. Ia ingin membalas dendam pada kekasihnya yang selingkuh, ke teman dekatnya, Lacey, yang dianggapnya tak memberitahukan perselingkuhan tersebut dan melakukan  hal-hal lainnya yang mencengangkan Quentin. Kejadian malam itu membuat sikap Quentin berubah dan ia makin yakin akan perasaan khususnya pada gadis tersebut dan ingin menyatakannya.
Sayangnya Margo keburu menghilang secara misterius. Quentin yakin Margo kali ini memberikan petunjuk tentang keberadaannya kepadanya. Bersama dua sahabat dan dua kawan barunya, Quentin pun berusaha memecahkan teka-teki Margo dengan paper town-nya.
Drama remaja ini segar, saya melihatnya seperti film remaja lainnya yang penuh kekonyolan, pesta-pesta, adanya kelompok populer dan kelompok kutu buku, juga antusiasme akan pesta kelulusan sekolah.
Di film ini pusat perhatian terletak pada Quentin yang idealis dan Margo yang enigmatis. Karakter Margo sangat menarik dan tak biasa, sayangnya kemunculannya tidak begitu banyak, padahal seharusnya bisa dioptimasi dengan flash back keunikan dan petulangan Margo lainnya.
Karakter Margo ini mengingatkan saya pada karakter unik Adriana yang diperankan Eva Celia pada film berjudul sama, Adriana. Agar dapat berkencan dengannya, Adriana meninggalkan berbagai petunjuk misterius.Â
Ceritanya segar, chemistry antara Quentin dan dua sahabatnya begitu nampak dan terlihat kompak. Sayang kehadiran pacar Radar dan Lacey tidak begitu berarti hanya sebagai pelengkap agar terlihat semakin ramai.
Bagian menarik di film ini adalah cara Quentin dan kawan-kawannya memecahkan teka-teki. Juga pengenalan apa itu paper town yang ternyata adalah kota fiktif yang biasanya ditambahkan oleh pembuat peta agar tidak ditiru kompetitor.