Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pangsa Pasar Terbuka Luas untuk Fiksi Anak

18 Oktober 2014   23:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:32 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_367342" align="aligncenter" width="450" caption="Para Pembicara Nangkring Fiksiana dan DAR! Mizan "][/caption]

Tidak seperti fiksi remaja dan dewasa yang mudah dijumpai di toko-toko buku, fiksi anak, terutama bagi level dasar jumlahnya masih terbatas. Padahal dulu pada tahun 80-90-an kita memiliki penulis cerita anak yang hebat, seperti Bung Smas dan Dwiyanto Setyawan. Seperti apa sih fiksi anak dan tips menulisnya. Berikut uraian dari bung Benny Rhamdani cs di acara nangkring Fiksiana dan DAR! Mizan yang diadakan Jumat sore, 17 Oktober, di Redaksi Kompasiana.

Di depan fiksianer dan kompasianer, Benny yang telah berpengalaman sebagai editor fiksi anak berujar, bila membuat fiksi anak itu tetap memerlukan riset kecil-kecilan dan hasilnya akan prima bila memenuhi unsur fun, fashion, food, dan fantacy. Jika unsur tersebut terpenuhi, anak-anak akan senang membacanya

Fun atau menyenangkan. Anak-anak menyukai cerita yang menyenangkan atau bersifat menghibur. Unsur berikutnya, fashion, yang lebih merunut pada tren yang ada di dunia anak-anak. Benny mencontohkan permainan yang lagi beken di kalangan anak-anak. Jika masa dulu permainan bongkar pasang disukai anak-anak perempuan, kini mereka menyukai membuat aksesories atau pernak-pernik dari karet warna-warni.

Food atau makanan. Cerita anak akan menarik jika disisipi makanan yang disukai mereka. Cerita populer lima sekawan, misalnya, ada banyak makan-makan, seperti limun jahe dan sandwich. Sementara fantasi bisa berarti khayalan seperti cerita dengan menggunakan sudut pandang hewan. Misalnya, cerita pengalaman kutu rambut yang meloncat dari satu kepala ke kepala manusia lainnya.

Saat ini, lanjut Benny, pangsa pasar fiksi anak terbuka luas dan kehadiran penulis-penulis fiksi anak diperlukan. Terutama level dasar, yakni level 1 dan level 2, yaitu anak-anak yang lebih suka melihat ilustrasi dengan narasi yang terbatas. Atau, mereka yang baru belajar membaca.

Selain mengupas seluk-beluk tentang tips-tips menulis fiksi anak, di acara yang diadakan Fiksiana Community juga diluncurkan dua buku hasil kolaborasi fiksianer, Alien Terakhir dan Hantu Siul. Dua fiksianer yang tulisannya masuk dalam buku tersebut, Putri dan Ahmad, ingin berbagi pengalaman mereka saat menulis fiksi anak. Putri bercerita dulu ke anak tetangganya baru menulis, sedangkan Ahmad mencoba menyelami jiwa anak kecil. Acara nangkring bareng pun kemudian ditutup dengan berbagai kuis, doorprize, dan foto bersama.

[caption id="attachment_367346" align="aligncenter" width="280" caption="Hantu Siul karya Fiksiana"]

14136250132018452534
14136250132018452534
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun