Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ingin Jadi Komikus atau Pelukis Pun Bisa

17 Oktober 2016   22:05 Diperbarui: 17 Oktober 2016   22:23 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Catatan harian bergambar buatan Kia ( dok. Kiara)

Suatu ketika kakakku mengirimkan gambar-gambar yang dibuat oleh kedua putrinya yang masih duduk di bangku SD. Gambar itu ada yang berupa komik, adapula yang berupa gambar tentang catatan harian. Melihat komik dan rangkuman catatan harian yang dibuat Kia dan Maia membuatku yakin mereka memang berbakat jadi komikus ataupun pelukis, tidak bakat itu diasah dengan latihan secara tekun. Mereka kreatif dalam membuat catatan harian alias diary, tidak hanya bercerita dalam bentuk narasi, melainkan juga dalam bentuk rangkaian gambar yang menarik.

Dulu ketika diminta menyebutkan cita-cita, umumnya seragam. Kalau tidak jadi polisi ya guru atau dokter. Aku sendiri lupa dengan cita-citaku dulu waktu masih kecil, yang kutahu hanya ingin punya buku bacaan yang banyak. Jika dulu profesi yang dikenal hanya itu-itu saja, saat ini dengan kemudahan informasi dan adanya wahana permainan yang mengenalkan beragam profesi, anak-anak jadi lebih mudah memutuskan ingin menjadi apa ke depan nanti. Mereka juga bisa memutuskan ingin bersekolah dimana, apakah di dalam negeri atau mencari beasiswa untuk bersekolah ke luar negeri.

Gara-gara Maia dan Kia suka membaca manga berjudul Miiko dan kemudian gemar membolak-balik komik lokal seperti 33 Pesan Nabi karya Vbi Djenggoten, kedua kakak beradik inipun memutuskan ingin menjadi komikus. Profesi yang kiranya tidak umum untuk jamanku waktu kecil.

Gambar buatan ibunya buatku yang suka disimak Kia dan Maia (dokpri)
Gambar buatan ibunya buatku yang suka disimak Kia dan Maia (dokpri)
Meskipun guratannya masih kasar, ekspresi dan gerak-gerik tokoh pada gambar komik buatan mereka mudah terindentifikasi. Gerakan menggenggam, berlari, atau ketika tidur terlihat cukup detail untuk ukuran usia mereka. Gambar-gambar mereka sendiri memiliki tema keseharian, seperti bercerita akan kesukaan Kia pada Little Pony dan kegiatan yang baru mereka lakukan.

Oleh karena waktu untuk mencapai usia dewasa mereka masih cukup jauh maka kedua orang tuanya yang merupakan kakak saya pun telah melakukan upaya proteksi agar kedua putrinya bisa menyelesaikan kuliah dan kemudian meraih impian mereka sebagai pelukis ataupun komikus. Mereka memiliki usaha sampingan berupa kerajinan flanel dan memiliki asuransi pendidikan.

Aku sendiri memang masih berdua bersama suami, belum dikarunia momongan seperti kakak. Tapi aku sudah merencanakan tabungan masa depan buat buah hatiku nanti. Sama seperti keinginan orang tua pada umumnya, aku juga ingin melindungi masa depan anak agar mereka dapat meraih pendidikan setinggi mungkin dan meraih impiannya.

Saat ini aku hanya menabung dan berinvestasi di reksadana. Tapi jika nanti sudah diberi momongan, aku bakal melakukan diversifikasi investasi, dimana salah satunya adalah memiliki asuransi pendidikan. Melakukan diversifikasi investasi menurutku sangat penting untuk meminimalkan risiko dalam mengelola keuangan. Asuransi dan investasi juga sesuatu yang saling melengkapi dimana asuransi memiliki faktor proteksi sehingga digambarkan dengan simbol berupa payung.

Ada berbagai kisah dari teman-teman bagaimana ia harus merelakan bekerja dan tidak meneruskan pendidikan untuk membantu ibunya mencari nafkah dan membayar pendidikan adik-adiknya, pasca ayahnya meninggal. Tentu kondisi tersebut tak diinginkan setiap orang tua, tapi ada kalanya karena kondisi keuangan yang surut maka anak tertua dan anak perempuan umumnya mengalah. Apalagi saat ini biaya pendidikan terus meningkat. Setiap tahunnya kenaikan biaya pendidikan bisa mencapai 15% sedangkan bunga bank sendiri hanya terbatas di kisaran 3-4%/tahun, sehingga jika hanya bertahan di tabungan maka orang tua akan ngos-ngosan mengejar kecukupan biaya pendidikan.

Salah satu asuransi pendidikan yang sudah dikenal lama adalah Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 yang telah beroperasi selama 104 tahun dan terus berinovasi dengan produk dan layanannya. Pada produk asuransi pendidikan AJB Bumiputra selain unsur investasi juga terdapat unsur proteksi yaitu anak akan mendapatkan kepastian mendapatkan dana kelangsungan belajar secara berkala mulai saat memasuki TK hingga lulus dari perguruan tinggi meskipun orang tuanya sudah tidak dapat membayar preminya lagi karena kondisi meninggal dunia. Memang setiap orang tua pastinya ingin melihat anak-anaknya lulus dengan mata kepala sendiri tapi asuransi pendidikan menjadi payung untuk meminimalkan risiko akan sesuatu yang tak diharapkan, sehingga tidak ada lagi cerita seorang anak terputus dari sekolahnya karena harus mencari nafkah untuk kebutuhan dirinya dan adik-adiknya. Produk asuransi pendidikan dari AJB Bumiputera 1912 di antaranya adalah Mitra Cerdas dan Mitra Beasiswa.

Jika setiap anak terlindungi masa depannya dengan bersekolah setinggi mungkin maka negara juga akan mendapatkan generasi-generasi unggulan yang tentunya akan berkontribusi bagi dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya.

Melihat anak lulus hingga perguruan tinggi merupakan haralan setiap orang tua (dok. Bumiputera.com)
Melihat anak lulus hingga perguruan tinggi merupakan haralan setiap orang tua (dok. Bumiputera.com)
Twitter||facebook: twitter.com/dewi_puspa || facebook.com/rara.lbz

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun