Sebuah horor yang mencekam tidak harus terus-menerus menyajikan gambar yang mengerikan. Alur yang solid, panorama dan musicscoring yang menggambarkan suasana sunyi dan sebuah misteri menjadi bekal Goodnight Mommy menjadi film horor yang menarik.
Elias dan Lukas dua bersaudara kembar bersama ibunya pindah ke sebuah rumah yang terletak di pinggiran Austria. Keduanya suka mengesplorasi alam sekelilingnya, bermain petak umpet, menjelajahi gua dan bermain air di danau. Elias sangat dekat dengan saudaranya. Hingga Ibu mereka tiba dari rumah sakit dengan perban menutupi wajah dan kepala mereka.
Sang ibu yang habis menjalani operasi plastik menerapkan berbagai aturan ketat, seperti rumah dibiarkan tertutup agar wajahnya aman dari matahari, tidak boleh berisik di rumah, dilarang membawa sesuatu dari luar dan sebagainya. Elias merasa ibunya menjadi sosok yang berbeda. Ia mendiskusikan hal tersebut ke Lukas. Keduanya sepakat untuk mencari tahu apakah ibu mereka asli atau seseorang menyamar sebagai ibunya.
Si ibu semakin misterius. Ia kini mengacuhkan Lukas dan meminta Elias tidak lagi berbicara dengan saudaranya. Keduanya kemudian menjadi marah dan merasa si Ibu berniat memisahkan. Keduanya pun bertindak.
Saya sendiri tidak sengaja memilih film ini. Pasca acara nobar KOMIK bersama Danamon saya ingin menonton salah satu film Europe on Screen sebelum pergi ke Bekasi dengan kereta di GoetheHaus dan mendapati film yang akan diputar adalah horor. Melihat kursi studio yang sarat penonton, maka saya beramsusi banyak masyarakat pecinta film yang penasaran dengan film ini.
Untunglah saya tidak salah pilih, fillmnya memang asyik, menegangkan, kaya misteri dan twist-nya itu cantik meskipun sebenarnya bisa ditebak sejak awal jika penonton jeli. Si sutradara Severin Fiala dan Veronika Franz seolah menggiring penonton ke asumsi tertentu sebelum kemudian diputarbalikkan dan membuat beberapa penonton di sekeliling saya terperangah.
Sejak awal film ini menarik dengan pembuka lagu Goodnight dalam bahasa Jerman dimana dibawakan secara koor. Lagu ini menjadi salah satu benang merah film ini karena si kembar marah si Ibu lupa lagu kesayangan Lucas.
Penonton kemudian dimanjakan dengan pemandangan alam yang liar sekaligus indah. Tekstur dalam berbagai bentang alam seperti kulit pohon, gua dan sebagainya itu begitu nampak seolah-olah penonton ikut menjamah dan merasakan perbedaan teksturnya. Alam yang dijelajahi oleh si kembar nampak luas dan hampa.
Film ini minim dialog namun hal tersebut malah mempertebal nuansa sunyi. Oh ya karena ada unsur nudity dan kekerasan dalam film ini maka Goodnight Mommy tak cocok ditonton anak-anak. Film ini bakal diputar lagi pada 8 Mei pukul 16.00 di SAE Institute dan 13 Mei pukul 14.30 di Erasmus Huis.