Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gatot Tiwul Jajan 'Ndeso' Mulai Naik Kelas

6 Mei 2016   15:51 Diperbarui: 6 Mei 2016   17:57 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gatot Tiwul Horog-horog Berebut Parutan Kelapa (dok ovi novianto)

Hore nenek baru pulang dari pasar, biasanya bawa jajan pasar. Tapi wajahku agak masam ketika yang dibawa nenek bukan bubur campur melainkan gatot tiwul bersama rekan-rekannya. Dulu kurang suka, tapi setelah merantau jajan pasar ini sering bikin kangen.

Di Malang jajan pasar ini masih eksis meskipun semakin sulit dicari. Biasanya ada di pasar tradisional atau jika beruntung menemukannya di gerai pusat perbelanjaan.

Rupanya jajan pasar ini bukan asli Malang melainkan dari Wonosari, Gunung Kidul, karena di sana singkong tumbuh baik dibandingkan padi. Sehingga gatot dan tiwul menjadi makanan pokok mereka selain beras.

Tiwul dan gatot berasal dari singkong. Singkong dijemur dan kemudian diolah menjadi tiwul. Nah singkong yang kurang bagus direndam dan mengalami fermentasi sehingga menghitam menjadi gatot.

Jika dulu menjadi makanan pokok, kedua jenis makanan ini kemudian menjadi camilan yang mengenyangkan. Cukup ditambahkan parutan kelapa dan sedikit garam atau gula maka bisa jadi nyamikan alias kudapan.

Saya kurang tahu apakah gatot tiwul disajikan terpisah atau bersama teman-temannya di Gunung Kidul. Kalau di Malang, tidak cukup dengan gatot dan tiwul, tapi juga ada gethuk, horog-horog dan bledus. Alhasil warnanya menjadi meriah, ada hitam, putih, merah muda, coklat muda, dan kuning serta parutan kelapa.

Gatot menyumbangkan warna hitam. Rasanya asin, gurih, dan ada sekelumit legitnya. Teksturnya agak kenyal. Tiwul kering dan berserat. Sedangkan horog-horog yang terbuat dari tepung beras bersifat mengenyangkan.

Nah gethuknya ini beda dengan gethuk umumnya, manisnya malu-malu berwarna kecokelatan, tapi enak. Sedangkan bledhus adalah jagung pipil rebus berukuran besar yang gurih. Kadang-kadang juga ada penjual yang menambahkan sawut dan beras ketan. Sawut itu parutan singkong yang dikukus dengan gula merah.

Parutan kelapa lah yang mempersatukan beragam jajan pasar itu. Ada yang suka membubuhkan sedikit garam, kalau saya lebih suka membubuhkan sedikit gula pasir dan mengaduknya.

Nah jika Kalian ke Malang, coba deh jajan pasar yang dulu dianggap agak 'ndeso' ini. Rasanya enak dan mengenyangkan. Sekarang juga mulai dijajakan gatot dan tiwul versi instan dalam bentuk kemasan.Tinggal dicuci dan diuleni sebentar kemudian dikukus, siap deh. Terbukti makanan 'ndeso' sekarang mulai naik kelas dan mulai digemari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun