Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bermimpi Jakarta Memiliki Pasar Ikan Modern

20 Desember 2014   15:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:53 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_384234" align="aligncenter" width="400" caption="Pasar Ikan Muara Angke"][/caption]

Indonesia terdiri atas kepulauan dan memiliki banyak perairan, baik perairan di darat maupun lautan. Oleh karena itu, Indonesia bisa disebut negara yang kaya akan hasil perairan, baik air tawar, payau, dan air laut. Sayangnya di Indonesia, termasuk di Jakarta, belum ada pasar ikan yang modern ataupun pasar ikan yang terintegrasi dengan pelabuhan. Pasar ikan di Jakarta masih belum lepas dari citra becek, kumuh, dan bau amis.

Sejak kecil saya suka diajak ke pasar ikan di kampung halaman, di Malang. Paman saya beberapa kali mengajak saya ke pasar ikan. Sekitar pukul 5 pagi saya dibonceng paman saya melihat-lihat suasana pasar ikan. Pemandangan ikan-ikan berukuran besar membuat kami terpesona. Semakin besar ikan yang kami temukan, kami berdua semakin takjub. Waktu itu ada banyak ikan laut berukuran besar, mulai dari ukuran 50 cm hingga mendekati satu meter. Dalam benak saya yang masih bocah, semakin besar ikan sepertinya rasanya makin enak.

Ikan besar itu hanya memuaskan mata kami. Pulangnya, paman hanya membeli ikan bandeng, tongkol, dan udang yang ukurannya sama besar seperti di penjual sayur keliling untuk dimasak dan disantap beramai-ramai.

Seafood memang kegemaran saya. Setelah pindah ke Jakarta, saya dan rekan-rekan kantor sering berpesta seafood. Dan agar hemat dan puas, kami memilih berpesta seafood di asalnya, yaitu di pusat jajanan serba laut di Muara Angke.

Kawasan makan seafood ini memang satu kompleks dengan tempat pelelangan ikan dan pasar ikan Muara Angke. Di TPI dan pasar ikan ini masyarakat umum juga bisa berbelanja ikan, baik di luaran maupun di dalam bangunan pasar. Kata teman saya yang sering berbelanja ikan di sini, ikan-ikan yang berada di dalam bangunan umumnya baru keluar dari kapal dan relatif lebih segar daripada yang di luar. Namun di dalam bangunan, kondisinya jauh lebih becek dibandingkan di luar.

[caption id="attachment_384236" align="aligncenter" width="400" caption="Cumi-cumi dalam Boks"]

1419036527931223033
1419036527931223033
[/caption]

Meskipun becek, saya suka menemani teman saya berbelanja ikan untuk kemudian dimasak oleh pemilik rumah makan. Saya sengaja mengenakan sandal jepit dan melipat celana. Setelah kembali ke rumah makan, saya bisa mencuci tangan dan membilas kaki.

Di Muara Angke ini kondisinya relatif jauh lebih baik dibandingkan di Muara Kamal. Di Muara Kamal jauh lebih kotor dan kumuh. Saya sempat melihat proses pengambilan kerang hijau di lokasi ini dan jadi tidak tertarik untuk menyantapnya. Tempat untuk jual beli ikan juga tidak teratur dan terkesan ala kadarnya. Selain itu lokasi TPI itu tidak jauh dari tempat pembuangan sampah. Perairan di Muara Kamal juga nampak kotor sehingga tidak mengundang selera.

[caption id="attachment_384243" align="aligncenter" width="400" caption="Kotornya Muara Kamal"]

14190371201978649237
14190371201978649237
[/caption]

Kembali ke Muara Angke, di sini adalah surga bagi pecinta seafood. Di sini ada banyak jenis ikan yang menggugah selera. Ada ikan laut seperti ikan tuna, kakap baronang, tongkol, kembung, ekor kuning, dan sebagainya. Ada juga udang galah, kepiting, cumi-cumi, sotong, dan aneka ragam kerang.

Biasanya kami datang berenam dan patungan Rp 50 ribu untuk belanja dan memasak. Dari sekitar Rp 300 ribu itu, separuh kami gunakan untuk belanja dan selebihnya untuk dimasak dan disantap di tempat.

[caption id="attachment_384241" align="aligncenter" width="400" caption="Cumi Bakar"]

14190368741830625029
14190368741830625029
[/caption]

Proses belanja cukup menarik .Kami berkeliling dulu sebelum memutuskan lapak yang kami singgahi. Setelah memutuskan tempat lapak, kami mulai menawar dan memilih-milih ikan dan hewan laut. Ikan yang segar kami lihat dari mata dan insangnya. Untuk kepiting, kami pilih yang masih hidup. Untuk udang dan cumi-cumi kami perhatikan dari warna, aroma, dan kulitnya. Dari uangpatungan sekitar Rp 150 ribu itu kami bisa membeli tiga kilo kepiting, udang, cumi-cumi, dan ikan. Sangat banyak untuk dimasak berbagai masakan dan masih bisa dibungkus untuk tiap-tiap orang.

1419036723637790738
1419036723637790738

Cumi Tepung

Selain Muara Angke, saya juga suka belanja ikan di Pasar Cempaka Putih dan pasar kecil di bilangan Cempaka Raya. Bagian ikan di pasar tersebut becek dan penjualnya sering menuangkan air di sekujur dagangannya agar nampak segar. Aroma amis juga cukup menusuk hidung.

Setelah pindah rumah, kami semakin jarang ke Muara Angke, dan puas dengan pasar ikan yang tak jauh dari tempat tinggal. Di sini ada Pasar Ikan di Kramat Jati dan sebuah pasar ikan kagetan di bilangan Cimanggis. Ada juga lapak ikan di Pasar Cijantung.

Pasar Ikan di Kramat Jati ada sejak siang hari dan makin rame jika malam hari. Lokasinya yang memakan troktoar dan badan jalan membuat jalan Raya Bogor ini sangat padat pada pulang kerja. Saat ini Pemda mulai bersikap tegas dan melarang mereka berjualan di troktoar sepanjang Kramat Jati. Tapi saya trenyuh juga melihatnya. Mereka berpindah tak jauh dari lokasi semula. Kini mereka berjualan di halaman parkir dan di bawah jembatan. Sedih melihatnya, mengapa mereka tidak disediakan tempat berjualan yang nyaman dan layak.

Kondisi berbeda saya temui di pasar ikan kaget di Cimanggis. Tidak banyak yang mengetahui lokasi pasar ikan ini karena lokasinya yang masuk ke gang. Anda bisa bertanya ke tukang ojek yang mangkal di dekat sebuah pusat perbelanjaan di Cimanggis.

Pasar ikan kaget ini tidak luas. Mereka menggunakan sarana jalan di perkampungan. Oleh karenanya mereka hanya jual pada pagi hari. Sekitar pukul 10 pagi pasar kaget ini mulai sepi. Meskipun relatif sempit di sini proses jual belinya lebih teratur dan rapi. Di bagian tengah adalah ikan dan hasil laut. Pembeli mengambil dan menaruhnya dalam wadah. Baru kemudian antri di bagian penimbangan. Setelah ditimbang maka akan ditawarkan, mau dibersihkan atau tidak. Setelah itu diberi kupon dan kupon itu dibawa ke meja kasir. Ikan dan hasil laut ini relatif lebih segar karena didatangkan dari Indramayu.

Saran Pengembangan Pasar Ikan Modern di Jakarta

Pasar ikan modern bukan mustahil dikembangkan di Jakarta. Selain budaya makan ikan yang lagi ngetren dan banyaknya penyuka seafood, Jakarta memiliki kekayaan ikan dan hasil laut yang besar. Beberapa lokasi juga bisa dioptimalkan sebagai pasar ikan modern.

Oleh karena wilayah Jakarta cukup luas dan kemacetan bisa menyita waktu perjalanan, maka bisa dibuat lima lokasi pasar ikan untuk masing-masing daerah, dimana Jakarta Utara sebagai kawasan yang paling dekat pelabuhan bisa dipilih sebagai pasar induk khusus ikan dan pilot project pasar ikan modern.

Pasar ikan modern ini sudah banyak didirikan di banyak negara, seperti, Australia dan Jepang, tepatnya di Sidney dan Tsukiji. Di sini pasar benar-benar seperti pusat perbelanjaan modern, dimana tempatnya bersih, kering, dan dikelola secara profesional. Ikan ditaruh dalam tempat higienis dan ikan ini telah melalui proses seleksi dari kualitas, kesegaran, dan ukurannya. Ikan-ikan yang ukurannya di bawah standar akan dilarang untuk dijual dan penangkapnya dikenakan sanksi.

[caption id="attachment_384244" align="aligncenter" width="400" caption="Pasar Ikan Modern Australia (sumber: www.salmanbusrah.com)"]

14190372561708733650
14190372561708733650
[/caption]

Khusus untuk pasar induk ikan di Jakarta Utara, bisa tetap menggunakan TPI dan Pasar IkanMuara Angke dengan melakukan perubahan fisik. Mengapa memilih Pasar Ikan Muara Angke? TPI dan Pasar Ikan Muara Angke saat ini telah memiliki beragam fasilitas, mulai dari pelabuhan perikanan, pendaratan ikan, pengolahan hasil perikanan tradisional, instalasi pengolahan air limbah, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun