Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berlari: Antara Kebugaran dan Kesenangan

21 Oktober 2014   16:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:16 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413858510736685843

[caption id="attachment_368032" align="aligncenter" width="203" caption="Yuk Berlari (Sumber Gambar: ru.depositphotos.com)"][/caption]

Apakah saya pelari? Jika ada pertanyaan tersebut diarahkan ke saya maka saya akan tersenyum. Saya bukan atlit lari. Saya hanya penikmat lari, menikmati lari bukan sekedar olah raga, melainkan sebuah kesenangan tersendiri.

Olah raga lari memang mulai menjadi tren baru seperti bersepeda yang booming beberapa waktu lalu. Ada banyak lomba lari yang diselenggarakan saat ini dan yang membuat saya takjub, peminatnya membludak. Padahal lomba lari jarak jauh seperti 10 kilometer hingga lari marathon yang sejauh 42,195 kilometer jelas bukan olah raga main-main. Olah raga lari jarak jauh dan marathon memerlukan stamina dan fisik yang prima, sekaligus teknik berlari yang baik. Saya juga pernah hampir ikut lari jarak jauh yang diadakan untuk memperingati jantung sedunia, tapi karena belum percaya diri akhirnya hanya ikut jalan sehat dan menjadi penonton lomba lari.

Even lari yang pernah saya ikuti masih berskala lomba antarteman di sekolah dan di skala kampung. Sekolah pernah juga hendak mengikutkan beberapa muridnya ke lomba lari half marathon yang diadakan oleh kota Malang. Banyak murid yang waktu itu mulai berkeringat dingin membayangkan rute lari yang sangat panjang. Saya termasuk mereka yang harap-harap cemas. Mau tidak mau saya pun mencoba berlatih di Lapangan Rampal, Malang.

Lapangan Rampal Malang ini sangat luas. Kelilingnya berkisah 1-2 km. Kami berdua mencoba satu lap untuk mengukur kemampuan kami dan rasanya sangat melelahkan. Ketika kami mencoba lagi satu putaran, kami mulai pucat dan ngos-ngosan. Akhirnya kami berdua menyerah dengan dua putaran. Dan wajah kami yang harap-harap cemas akan lomba itu kemudian mulai kembali bersinar. Ya, acara tersebut kemudian tidak wajib kami ikuti. Kami merasa lega tak terkira.

Meskipun tidak jadi ikut lomba half marathon, saya tetap suka berlatih lari. Sejak kecil, lari adalah olah raga favorit selain senam. Ya, karena olah raga ini relatif mudah, tidak memiliki aturan macam-macam seperti voli atau basket.

Tantangan dari olah raga lari adalah mengatur nafas dan merilekskan otot tubuh. Ketika berlari kencang atau berlari dengan durasi cukup lama maka nafas mulai ngos-ngosan, keringat mengucur deras, dan kaki mulai sulit diajak kompromi. Akan tetapi jika Anda mulai menyukai olah raga lari, masa-masa nafas mulai sesak dan berkeringat itulah yang memberikan sensasi tersendiri pada tubuh.

Saat masih remaja, saya suka berlatih lari dengan menggunakan cassette walkman. Ya, masa itu mp3 player belum ada. Saya menggunakan celana training bersaku untuk menyimpan walkman. Tapi karena berguncang-guncang, earphone sering jatuh sehingga aksi lari ber-walkman itu hanya terjadi pada masa-masa awal latihan.

Tanpa walkman, saya mendengar musik yang lebih seru, musik pengiring dari alam yang terdiri dari kicauan burung, hembusan angin, dan derap kaki mereka yang berlari. Karena masih pagi maka lalu lintas belum sibuk hanya beberapa kendaraan bermotor yang melintas.Selain musik pengiring dari alam, saya juga merasakan musik dari denyut jantung saya sendiri. Ada degupan yang berirama jika saya menjaga lari saya tetap konstan, tapi kemudian menjadi tidak beraturan jika saya mulai berlari kencang.  Adrenalin terus terpacu dan saat itulah lari terasa nikmat dan menyenangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun