Membawa bekal untuk sarapan ataupun makan siang dulu kerap diremehkan. Tapi sejak beberapa tahun terakhir budaya membawa bekal kembali hadir karena lebih sehat. Saat bulan puasa, para orang tua juga tetap bisa menata bekal yang cantik untuk buah hatinya, yakni saat mereka menghadiri buka puasa bersama teman-teman mereka. Semangat mempercantik hidangan ini juga bisa diterapkan saat sahur, sehingga anggota keluarga makin bersemangat untuk menyantap hidangan sahur dan berenergi sepanjang hari.
Saya masih ingat pada masa SMP dan SMA, membawa bekal dari rumah bukan sesuatu yang populer. Saat itu saya kerap membawa bekal pada kelas tiga SMP dan SMA karena usai pulang sekolah masih ada pelajaran tambahan hingga sore hari. Begitu pula saat ada ekstrakurikuler, saya biasanya juga membawa bekal dari rumah. Memang sih penampilan fisik bekal sudah kurang menarik dan nasinya pun dingin saat disantap siang hari. Tapi membawa bekal bagi saya lebih sehat dan tentunya mengirit uang jajan. Tidak perlu antri dan berdesak-desakan di kantin.
Setelah menikah pada awal-awal pernikahan saya masih sering membuatkan bekal. Akan tetapi karena mungkin makanannya sudah dingin atau penampilannya yang kurang menarik maka bekal itu beberapa kali tidak terusik. Saya yang kecewa karena sudah memasak sejak pagi pun jadi malas membuatkan bekal buat suami. Paling hanya membawakan setangkup roti dan selai.
Akan tetapi setelah mengikuti acara Kompasiana nangkring bersama Hokben, saya jadi tertarik untuk belajar menata makanan. Pengetahuan dari Hokben ini memang lebih ditujukan untuk mempercantik bekal, akan tetapi menurut saya pengetahuan memperindah hidangan ini juga bisa diterapkan saat sarapan atau makan bersama. Menyantap sesuatu yang indah dan berwarna-warni tentu bakal lebih mengundang selera. Selain itu membuat bekal yang menarik merupakan bukti berbagi kehangatan yang tulus antar anggota keluarga atau ke para sahabat.Â
Putih bisa dari nasi atau kol, hitam dari nori, merah dari wortel, tomat, sosis, atau saus tomat, hijau bisa dari sayuran seperti selada, brokoli, dan paprika hijau. Sedangkan kuning bisa dari lauk pauk seperti telur dadar. Â Agar sehat dan nutrisinya seimbang tentunya komponen makanan sehat juga harus ada dalam sebuah bento, yakni karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin-mineral.
Pada acara ini bahan makanan yang digunakan adalah menu hokben karena menu hokben sudah lengkap dari sisi nutrisinya, ada nasi, lauk-pauk seperti chicken katsu dan juga salad. Pristy juga menambahkan sayuran seperti brokoli, tomat, dan selada agar bento yang dibawa pulang nanti oleh kompasianer lebih lengkap dan cantik.Â
Setelah siap dengan ide maka Kompasianer selanjutnya diajarkan cara membentuk nasi menjadi bentuk yang diinginkan. Nasi ditaruh dalam plastik wrap (clingwrap) dan dibentuk. Selanjutnya, nori dalam bentuk persegi diposisikan menjepit nasi. Nasi yang telah dibentuk kemudian diberi mata, bibir, dan sebagainya, bergantung selera dan bergantung imajinasi masing-masing.
Meskipun semuanya berlomba ingin membuat kyaraben yang tercantik dan termenarik, para kompasianer saling berbagi misalkan jika ada bahan yang ternyata kurang, saling meminjam peralatan seperti pisau atau saling memberi saran. Alhasil suasana belajar membuat bento ini begitu seru dan hangat.Â