Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Belajar dalam Kehangatan Mempercantik Bekal Agar Mengundang Selera

6 Juni 2016   15:24 Diperbarui: 6 Juni 2016   17:35 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekal yang cantik menunjukkan berbagi kehangatan yang tulus dari si pembuat ke mereka yang dibawakan bekal tersebut (dokpri)

Membawa bekal untuk sarapan ataupun makan siang dulu kerap diremehkan. Tapi sejak beberapa tahun terakhir budaya membawa bekal kembali hadir karena lebih sehat. Saat bulan puasa, para orang tua juga tetap bisa menata bekal yang cantik untuk buah hatinya, yakni saat mereka menghadiri buka puasa bersama teman-teman mereka. Semangat mempercantik hidangan ini juga bisa diterapkan saat sahur, sehingga anggota keluarga makin bersemangat untuk menyantap hidangan sahur dan berenergi sepanjang hari.

Saya masih ingat pada masa SMP dan SMA, membawa bekal dari rumah bukan sesuatu yang populer. Saat itu saya kerap membawa bekal pada kelas tiga SMP dan SMA karena usai pulang sekolah masih ada pelajaran tambahan hingga sore hari. Begitu pula saat ada ekstrakurikuler, saya biasanya juga membawa bekal dari rumah. Memang sih penampilan fisik bekal sudah kurang menarik dan nasinya pun dingin saat disantap siang hari. Tapi membawa bekal bagi saya lebih sehat dan tentunya mengirit uang jajan. Tidak perlu antri dan berdesak-desakan di kantin.

Setelah menikah pada awal-awal pernikahan saya masih sering membuatkan bekal. Akan tetapi karena mungkin makanannya sudah dingin atau penampilannya yang kurang menarik maka bekal itu beberapa kali tidak terusik. Saya yang kecewa karena sudah memasak sejak pagi pun jadi malas membuatkan bekal buat suami. Paling hanya membawakan setangkup roti dan selai.

Akan tetapi setelah mengikuti acara Kompasiana nangkring bersama Hokben, saya jadi tertarik untuk belajar menata makanan. Pengetahuan dari Hokben ini memang lebih ditujukan untuk mempercantik bekal, akan tetapi menurut saya pengetahuan memperindah hidangan ini juga bisa diterapkan saat sarapan atau makan bersama. Menyantap sesuatu yang indah dan berwarna-warni tentu bakal lebih mengundang selera. Selain itu membuat bekal yang menarik merupakan bukti berbagi kehangatan yang tulus antar anggota keluarga atau ke para sahabat. 

Pristy mengajarkan kyaraben kepada kompasianer (dokpri)
Pristy mengajarkan kyaraben kepada kompasianer (dokpri)
Pada acara ini kompasianer diajak belajar mempercantik hidangan untuk bekal oleh sang ahlinya langsung, Pristy, yang sudah berpengalaman dalam seni merangkai bekal makanan khas Jepang atau kyaraben/charaben/kyarakuta yang berarti karakter dan bento/bekal. Sebelum memulai membuat bekal, kompasianer diajak berkenalan dengan peralatan ‘perang’ membuat kyaraben, yakni pisau, gunting, tusuk gigi, dan plastik wrap(clingwrap). Kyaraben ini nantinya banyak menggunakan tangan untuk menata atau juga disebut hand molded, sehingga tidak diperlukan cetakan, kecuali mini punchers untuk membuat mata, alis, dan bibir dari lembaran nori alias rumput laut.

Menu hokben untuk membuat kyaraben (dokpri)
Menu hokben untuk membuat kyaraben (dokpri)
Dalam membuat kyaraben yang diperlukan adalah ide atau imajinasi. Karakter apakah yang ingin dirupakan dalam bentuk hidangan, apakah panda, wajah seseorang, wajah kucing, bunga dan sebagainya. Berikutnya adalah warna. Kehadiran warna dalam makanan penting untuk mengundang selera. Ada lima unsur warna yang umumnya ada dalam kyaraben, yakni putih, hitam, merah, hijau, dan kuning. 

Putih bisa dari nasi atau kol, hitam dari nori, merah dari wortel, tomat, sosis, atau saus tomat, hijau bisa dari sayuran seperti selada, brokoli, dan paprika hijau. Sedangkan kuning bisa dari lauk pauk seperti telur dadar.  Agar sehat dan nutrisinya seimbang tentunya komponen makanan sehat juga harus ada dalam sebuah bento, yakni karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin-mineral.

Pada acara ini bahan makanan yang digunakan adalah menu hokben karena menu hokben sudah lengkap dari sisi nutrisinya, ada nasi, lauk-pauk seperti chicken katsu dan juga salad. Pristy juga menambahkan sayuran seperti brokoli, tomat, dan selada agar bento yang dibawa pulang nanti oleh kompasianer lebih lengkap dan cantik. 

Setelah siap dengan ide maka Kompasianer selanjutnya diajarkan cara membentuk nasi menjadi bentuk yang diinginkan. Nasi ditaruh dalam plastik wrap (clingwrap) dan dibentuk. Selanjutnya, nori dalam bentuk persegi diposisikan menjepit nasi. Nasi yang telah dibentuk kemudian diberi mata, bibir, dan sebagainya, bergantung selera dan bergantung imajinasi masing-masing.

Kompasianer sibuk membentuk nasi sesuai karakter yang diinginkan (dokpri)
Kompasianer sibuk membentuk nasi sesuai karakter yang diinginkan (dokpri)
Meskipun sibuk dan ingin jadi juara, semua kompasianer belajar membuat kyaraben dengan penuh keceriaan dan kehangatan (dokpri)
Meskipun sibuk dan ingin jadi juara, semua kompasianer belajar membuat kyaraben dengan penuh keceriaan dan kehangatan (dokpri)
Para kompasianer pun kemudian sibuk menggunting, memotong lauk yang telah tersedia, dan juga menata sayuran agar sesuai dengan ide yang ingin dirupakan. Saya asyik melihat keseruan kompasianer pria yang tak kalah bersemangatnya dengan kompasianer wanita untuk membuat bento yang unik dan cantik. Host acara Kompasiana nangkring bersama Hokben, Yosh Aditya pun ikut menyemangati para peserta agar semuanya menunjukkan kemampuannya untuk membuat bekal yang cantik. 

Meskipun semuanya berlomba ingin membuat kyaraben yang tercantik dan termenarik, para kompasianer saling berbagi misalkan jika ada bahan yang ternyata kurang, saling meminjam peralatan seperti pisau atau saling memberi saran. Alhasil suasana belajar membuat bento ini begitu seru dan hangat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun