[caption caption="Para narasumber seminar nasional revitalisasi koperasi (dokpri)"][/caption]Apakah koperasi masih menarik di tengah masyarakat? Bagaimana dengan persaingan dengan pelaku ekonomi lainnya terutama pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat ini?
Hari ini (27/6) pukul 10.00 pagi di Galeri Indonesia Wow lantai 2 sudah ramai oleh peserta seminar nasional. Saya yang terlambat beberapa menit pun kemudian menyelip di antara peserta dan untunglah masih pembukaan acara, belum ke acara inti.
Tema revitalisasi koperasi ini selaras dengan niat Kementerian Koperasi dan UKM untuk terus mengembangkan koperasi karena potensinya besar namun belum terkelola dengan maksimal. Apalagi bulan depan, tepatnya 12 Juli merupakan hari koperasi, maka perlu refleksi sejauh mana perkembangan koperasi di Indonesia. Apakah koperasi saat ini semakin tumbuh atau malah semakin meredup?
Pada era teknologi informasi saat ini yang serba digital, tantangan perkembangan koperasi sangat besar. Terutama, dalam hal penguasaan TI dan kualitas SDM juga kualitas kemasan produk (packaging). Selain itu, hampir tidak ada riset dan development tentang koperasi di Indonesia sehingga koperasi seperti berjalan di tempat.
Mungkin suatu saat bisa digagas Rapat Anggota Tahunan (RAT) online, tapi ini juga harus diatur ketentuannya. Untuk itu koperasi perlu bersikap terbuka dan mengikuti dinamika termasuk perkembangan teknologi, ujar Agus Muharram, Sekretaris Kementerian Koperasi UKM, membuka acara seminar nasional koperasi yang bertema Meningkatkan Daya Saing Koperasi di Tengah Masyarakat Ekonomi ASEAN.
[caption caption="Agus Muharram membuka acara seminar nasional (dokpri)"]
Bowo Sidik Pangarso menekankan perlunya pendampingan pemerintah terhadap koperasi agar dapat berkembang dan mampu bersaing dengan MEA. Konsekuensi adanya MEA terhadap koperasi di Indonesia yaitu organisasi ini yaitu memperoleh kebebasan dan persaingan bebas dalam perdagangan barang, jasa, dan investasi di kawasan ASEAN.
Di Indonesia, jumlah koperasi aktif bertambah dari 98.944 menjadi 150.233 sejak tahun 2006 hingga tahun 2015 berdasar data BPS. Tapi berdasar data Kemenkop & UKM rupanya ada hampir sepertiga atau 49 ribuan. Dari ratusan ribu koperasi tersebut hanya ada satu koperasi yang mampu masuk 300 ranking terbaik International Co-operative Alliance (ICA), yaitu Koperasi Telkomsel (Kisel) yang mendapat peringkat 123 pada tahun 2015.
[caption caption="Anggota DPR Komisi V Bowo Sidik (dokpri)"]
Untuk itu perlu berbagai upaya seperti pendidikan, pelatihan, dan pendampingan agar semakin banyak koperasi di Indonesia yang sukses seperti Kisel.
Strategi koperasi agar mampu menghadapi MEA menurut anggota DPR komisi VI ini yaitu memperkuat SDM, memperkuat organisasi, menciptakan inovasi, dan menaikkan kelas dari usaha yang untuk mencukupi kebutuhan anggota saja menjadi usaha yang mampu berkompetisi dan berdaya saing.