Manusia pada umumnya tidak pernah begitu baik ataupun begitu jahat. Mereka umumnya berada di antara kedua sifat tersebut, ujar sebuah monster pohon cemara Inggris (pohon Yew) menutup kisah pertamanya pada seorang anak bernama Conor O' Malley.
Pada kisah pertamanya si monster pohon berkisah tentang sebuah kerajaan dan serangan naga. Alkisah ada seorang raja di mana anak-anaknya tewas bertempur dengan naga. Istrinya tak kuat menerima berita tersebut meninggalkan suaminya seorang diri mengurus cucu laki-lakinya. Cucu laki-lakinya kemudian menjadi kesayangan rakyat, hingga si raja menikah dengan seorang wanita muda cantik namun diduga penyihir keji.
Raja pun tak lama tutup usia. Oleh karena belum genap dewasa, tahta berada di tangan permaisuri. Pangeran merasa was-was apalagi si ratu yang masih cantik mendekatinya agar tahta itu tetap berada di tangannya. Singkat cerita, pangeran menggunakan taktik agar rakyat berpihak kepadanya mengusir si ratu. Saat itulah si monster pohon ikut campur. Ia menyelamatkan ratu dan membawanya ke negeri yang jauh. Kerajaan dipimpin si pangeran dan kembali merasakan masa-masa kejayaannya.
Conor terheran-heran mengapa si monster menolong ratu yang keji. Si monster yang telah berusia berabad-abad itu menjelaskan bahwa segalanya tidak selalu seperti yang tampak di permukaan. Si ratu memang penyihir dan memiliki niat buruk, tapi ia bukan pembunuh. Sementara pangeran memang dicintai rakyat dan terkenal baik hati tapi ia menggunakan cara yang tidak mulia untuk merebut tahta.
Conor tidak mengerti mengapa si raksasa tersebut bercerita tentang kisah tersebut kepadanya. Baginya itu hanya sebuah dongeng dan tidak ada sangkut-paut dengan kehidupannya masa kini.
Raksasa pohon itu beberapa kali hadir menemuinya. Tepatnya sekitar pukul 00.07 dini hari. Monster itu berkata ia memenuhi panggilannya dan berniat membantunya, tapi monster itu nyatanya tak berbuat apa-apa untuk kehidupan Conor yang mulai berantakan.
Cerita kedua dari si monster pohon dirasanya juga tak membantunya. Tentang konflik yang terjadi antara seorang tabib dan pendeta. Ia semakin gundah ketika si monster pohon menagih kisah keempat yang berupa mimpi buruknya.
Saat membaca judulnya saya mengira filmnya bakal seru seperti Pacific Rim, Godzilla, ataupun Cloverfield yang sarat dengan penampakan para kaiju alias monster. Eh dugaan saya seketika saya coret ketika melihat trailer-nya yang mengisahkan perjumpaan anak yang mendekati usia remaja dengan seorang monster yang penampilannya mirip dengan Groot, salah satu hero di Guardian Galaxy. Saya mengira bakal mendapat suguhan seperti The Big Friendly Giant yang tayang beberapa bulan silam di mana sosok gadis kecil bertemu dengan raksasa dan diajak ke negerinya.
A Monster Calls merupakan adaptasi dari novel fantasi karya Patrick Ness. Film ini di luar ekspektasi dengan kejutan kisah-kisah menarik dari si monster pohon. Kisah-kisah ini dirupakan dalam bentuk animasi yang goresannya seperti buku dongeng bergambar. Twist dari kisah pertama begitu berkesan bagaimana setiap manusia umumnya berada di antara sifat baik dan buruk dan jarang berada di satu kutub. Kisah dari seorang tabib dan pendeta juga memberikan pesan moral yang mengena.