Siang tadi (28/12) aku ikut kali pertama kegiatan literasi yang disebut Bacot Buku. Ketika mendengar nama program acaranya, aku nyengir, karena istilah bacot agak kasar di daerahku. Bacot sendiri artinya bicara atau ngomong. Namun aku penasaran dengan kegiatan ini apalagi acaranya diadakan di Gedung Arsip Nasional (ANRI) di jalan Gajah Mada. Ternyata acaranya seru dan mengasyikkan.Â
Dalam acara ini ada dua jenis peserta. Peserta kelompok pertama adalah pembacot dan yang kedua adalah penonton. Tugas penonton adalah menilai buku mana yang dipromosikan oleh pembacot yang membuat mereka tertarik. Sedangkan tugas pembacot adalah bercerita tentang buku yang menginspirasi atau pantas direkomendasikan. Setiap pembacot diberi waktu lima menit untuk memaparkan, baik dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris.Â
Karena diadakan di gedung yang sarat dengan nilai-nilai teladan dari Pak Soekarno, maka tema buku yang dibahas adalah tema pahlawan. Bukunya bebas. Ada yang membahas tentang Sokola Rimba, Rudy, Hidden Potential, Dune:Messiah, Man's Searching for Meaning, dan Tomorrow Tomorrow Tomorrow.Â
Gaya mereka bercerita menarik dilihat. Setiap orang berbeda-beda. Ada yang mengajak penonton membayangkan situasi seperti dalam buku ada juga yang membandingkannya dengan versi adaptasinya dalam film.Â
Penonton kemudian memberikan tiga judul buku yang ingin mereka baca. Lalu diambil tiga pilihan terbanyak yang akan mendapat hadiah. Nampaknya seru sih mungkin lain waktu aku mendaftar jadi penampil. Duh istilah pembacot agak gimana gitu.Â
Kegiatan ini diadakan oleh Baca Bareng SBC Jakarta dan Bookhive. Setelah acara peserta diajak tur keliling pameran arsip tentang Presiden Soekarno. Wah pamerannya menarii, ada banyak hal baru yang kudapat. Lain waktu deh aku cerita tentang isi pameran tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H