Tembang Sepasang Mata Bola mulai mengalun di Stasiun Lempuyangan. Instrumen lagu ini menjadi tanda bahwa kereta akan datang. Para calon penumpang lantas bergegas untuk bersiap menyambut KA Jaka Tingkir.
Durasi jam kedatangan hingga jam keberangkatan KA Jaka Tingkir hanya berlangsung sekitar lima menitan. Aku tak sempat memotret kereta karena disibukkan dengan bawaanku yang beranak. Gara-gara jaket dan beberapa barangku basah kehujanan jadinya tentenganku bertambah.
Tak sulit menemukan bangku tempat dudukku. Aku segera menaruh barang dan kemudian duduk dengan nyaman.
Kugunakan scarf tebal sebagai pengganti jaketku yang basah. Aku kemudian memilih duduk meringkuk dan mencopot sepatu karena sepatuku juga basah. Â Saat itu hujan turun begitu deras di Yogya. Jas hujan tak mampu menghalau air merembes ke jaket. Sepatuku juga basah ketika tak mampu menghindari genangan air di kawasan museum di Kaliurang.
KA Jaka Tingkir Dulu dan Kini
Ini perjalanan kali keduaku dengan KA Jaka Tingkir. Dulu aku pernah menggunakan kereta ini dari Stasiun Senen menuju Stasiun Lempuyangan. Saat itu masih berupa kereta ekonomi ber-AC dengan tempat duduk yang berhadapan. Bangkunya masih jadul, tidak ada sekat, dan keras, dengan format bangku 3-2.
Harga tiketnya dulu murah meriah yakni Rp50 ribu. Tapi itu sekitar delapan tahun lalu. Dulu dari Stasiun Senen berangkat pukul 17.10 dan sampai sekitar pukul 03.00 dini hari di Stasiun  Lempuyangan. Sedangkan jadwal dari sebaliknya, saya tidak tahu.
Kini harga tiket KA Jaka Tingkir naik berkali lipat, yaitu berkisar Rp 280-300 ribu. Namun hal ini sesuai dengan kualitas dan fasilitas yang diharapkan.
KA Jaka Tingkir adalah satu dari sekian kereta ekonomi yang berubah format menjadi kereta ekonomi new generation. Perubahan ini berlangsung sejak akhir Juli 2024. Kereta ini memiliki rasa dan nuansa bak kereta api eksekutif dengan harga yang relatif terjangkau.