Hujan deras mengguyur kawasan Kaliurang, Yogyakarta. Awalnya rencanaku setelah dari Museum Ulen Sentalu yaitu menuju candi dan museum berikutnya, namun hingga sekian menit dari ruang terakhir museum, aku masih berteduh. Akhirnya kuputuskan menunggu hujan reda sambil bersantap siang. Aku pun menuju Beukenhof Restaurant yang terletak di lantai dua bangunan di hadapanku. Restoran ini satu-satunya di kawasan Museum Ulen Sentalu.Â
Aku berlari mencoba menghindari hujan, meski sudah mengenakan jas hujan plastik yang tidak tebal. Hujan yang deras membuat pemandangan di depan menjadi buram. Setelah tiba di restoran, segera kucopot jas hujan.
Aku langsung memesan makanan dan minuman yang hangat. Seperti kebiasaanku di tempat makan baru, maka aku memesan makanan yang belum pernah kusantap. Beef goulash menjadi pilihanku. Sementara karena agenda acaraku masih panjang aku memesan kopi hitam panas, yakni americano.Â
Sementara kawanku yang kemudian menyusul, memesan bistik lidah dan hot cappucino. Sambil menunggu pesanan datang, aku memerhatikan sekeliling.Â
Restoran ini tertata rapi dan cantik. Jika menilik menunya, maka restoran ini memiliki menu perpaduan Belanda dan masakan Eropa lainnya serta menu masakan Indonesia yang umum seperti nasi goreng. Minumannya sendiri kebanyakan adalah jenis kopi dan teh. Namun juga tersedia aneka jus, mocktail, dan milkshake, serta minuman cokelat panas.Â
Harganya sendiri masuk kisaran menengah hingga premium, yakni berkisar Rp30 ribu - Rp100 ribu. Ya tak apa-apalah sesekali ke sini daripada bengong menunggu hujan di lobi yang entah kapan redanya. Lagipula aku belum makan siang.Â
Beef Goulash dari Hungaria
Sudah lama aku penasaran dengan goulash. Masakan ini punya sejarah panjang dari Hungaria. Nama aslinya adalah gulys. Masakan ini lahir sekitar abad ke-10 dan umum dijumpai di kalangan pengembala domba. Masakan ini berupa rebusan daging dan sayuran yang dimasak dengan bumbu tertentu.Â