Sabtu depan, tepatnya 2 November 2024, akan menjadi ajang besar tahunan bagi Kompasianer. Ya, Kompasianival ibarat halal bihalal-nya atau reunian akhirnya para Kompasianer. Selain merayakan hari jadi Kompasiana, ajang ini juga menjadi wadah silaturahmi dan diskusi para Kompasianer. Nah, salah satu rangkaian acaranya adalah program Kompasiana Clinic. Salah satu temanya adalah Bangun Komunitas yang Solid.
Ketika panitia menyebut konsep acaranya ibarat konsultasi, yakni tiap penanya diberikan waktu 2-3 pertanyaan dengan maksimal waktu 10 menit, saya tertegun. Waduh berat juga ya. Apalagi waktunya lumayan lama, yaitu tiga jam, dari pukul 10.00-13.00 WIB. Wah kalau gitu nanyanya jangan susah-susah ya hehehe.
Sebenarnya saya lebih suka acaranya berkonsep ngobrol atau berbagi cerita dan pengalaman berkomunitas. Pasalnya, saya yakin banyak Kompasianer yang lebih jago berkomunitas dan mengurus komunitas.
Saya sendiri saat ini mengurus komunitas KOMiK yang tahun ini telah berusia 10 tahun. Saya baru aktif jadi pengurus tahun 2017. KOMiK atau Kompasianers Only Movie Enthusiast Klub sendiri  memiliki kegiatan berkaitan dengan film, dari nonton bareng, diskusi, hingga bikin film bareng.
Tentang komunitas atau yang dulu disebut organisasi, memang dinamikanya menarik. Dulu di kampung umumnya ada dua komunitas, yakni karang taruna dan komunitas berbasis agama. Dulu saya cuma sebagai anggota dan senang-senang saja mengikutinya.
Ketika duduk di bangku sekolah menengah, umumnya organisasi adalah OSIS, pramuka, dan kegiatan berbasis minat atau yang biasa disebut ekskul. Dulu saya termasuk yang suka coba-coba berbagai ekskul. Akhirnya yang paling betah di ekskul teater. Di ekskul tersebut selain belajar akting dan membuat naskah skenario, serta hal-hal teknis berkait pementasan, anggotanya juga guyub. Sampai sekarang kami masih sering berkomunikasi dengan sebagian anggotanya.
Nah saat berkuliah, komunitas makin banyak, ada yang tingkat himpunan atau jurusan, ada juga yang tingkat kampus. Ada himpunan mahasiswa, BEM, dan berbagai ekskulnya. Dulu saya lumayan aktif di berbagai organisasi tersebut. Namun yang paling bikin betah adalah di ekskul fotografi dan paduan suara mahasiswa.
Alasannya sama sih, suasananya itu lho. Tidak ada jarak antara senior dan junior. Yang nggak pandai baca not kayak saya juga nggak diledekin hehehe. Dengan anggota eskul fotografi, kami juga masih suka berkumpul dan ngobrol.
Dulu komunitas adalah tempat untuk refreshing. Jika penat dengan praktikum dan tugas kuliah, maka kami sempatkan ke basecamp. Ngobrol apa saja atau latihan apa saja, terus kembali ke kosan atau ke lab dengan perasaan yang lebih ringan.
Ketika sudah bekerja, maka komunitas yang kuikuti juga tak jauh-jauh dari hobi. Selain mengikuti berbagai komunitas di Kompasiana, aku juga mengikuti berbagai komunitas berkaitan dengan sejarah, museum, jalan-jalan, ngeblog, spiritual, dan kegiatan relawan. Dari berbagai komunitas tersebut, aku mengambil berbagai ilmu. Ada komunitas yang kembang kempis, ada yang begitu aktif, ada juga yang kemudian pecah.
Ya komunitas memang dinamis. Sama seperti keluarga, ada semacam kepala keluarga, anak-anak, aktivitas, dan aturan di dalamnya. Konflik di dalamnya juga mirip-mirip. Anak-anak bisa bertengkar dengan sesamanya atau di luar keluarga tersebut sehingga si ibu dan ayah perlu menengahi. Ada juga konflik berkaitan dengan kondisi eksternal dan internal, seperti masalah pendanaan.