"Bagaimana cara mengatasi writer's block saat membuat naskah film, Kak?" Satu dari dua pertanyaan dari seorang penonton membuatku tersenyum. Pasalnya, saya juga sering mengalaminya. Setelah pertanyaan satu penanya, rupanya masih ada pertanyaan-pertanyaan berikutnya di acara Talks: Road to Jakarta Film Week 2024 yang diadakan di Teater Asrul Sani, Kineforum, Taman Ismail Marzuki pada Jumat, 20 September 2024.
Dalam acara Road to Jakarta Film Week 2024 ini, film Ngidam produksi KOMiK diputar bersama keempat film pendek lainnya. Setelah pemutaran film diadakan sesi bincang-bincang bersama saya selaku produser film Ngidam dan
Panji Respati sebagai produser Bersama Membantu Negeri. Kedua film ini masing-masing dapat pendanaan dari Jakarta Film Fund bagian dari Jakarta Film Week dan Layar Indonesiana.
Acara semalam adalah bagian dari Road to Jakarta Film Week 2024 yang telah berlangsung beberapa pekan sebelumnya. Tema acara semalam adalah Local to Regional, yaitu bagaimana film-film dengan tema kelokalan atau kedaerahan bisa diterima oleh penonton di berbagai daerah di Indonesia hingga para penonton film mancanegara.
Film-film pendek yang diputar semuanya memiliki unsur kelokalan yang kuat. Kelima film tersebut adalah Ngidam; Suatu Hari di Pemancingan; Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Ingin Dibonceng Ngabers; The Sewer; dan Bersama Membangun Negeri.
Ada banyak penanya saat sesi Talks sehingga diskusi menjadi hidup. Di antara penonton ada rombongan SMK Negeri 1 Sindur yang begitu antusias ingin membuat film pendek dan mendapatkan pendanaan. Mereka datang jauh-jauh untuk menonton dan mendapatkan wawasan seputar pendanaan dan festival film pendek.
Umumnya yang ditanyakan seputar cara membuat proposal untuk mendapatkan pendanaan film pendek beserta tips triknya agar lolos, cara mengatur bujet film, cara menembus festival film agar film bisa lolos dan ditayangkan, dan juga cara mendapatkan ide film.
Sebenarnya saya tergolong pemula di kancah film pendek. Jawaban-jawaban yang saya lontarkan berasal dari pengalaman. Ada penolakan berulang kali ketika mengajukan pendanaan. Begitu juga dengan melakukan pendaftaran karya film ke sebuah festival film  kadang ditolak, kadang diterima.Â
Ya  selain proposal film sesuai dengan tema dan ketentuan dari pemberi pendanaan, bisa jadi ada faktor keberuntungan  juga di dalamnya. Sehingga, akhirnya KOMiK bisa mendapatkan pendanaan yang besar dari Jakarta Film Fund, setelah sempat gagal berulang kali.Â
Oh iya jawaban dari pertanyaan penonton dari SMKN 1 Gunung Sindur tentang writer's block itu bergantung pada penulis itu sendiri. Cara setiap orang bisa berbeda-beda. Kalau saya sukanya mendengar musik. Untuk film pertama saya sering mendengar musik tentang alam dan musik metal karena naskah filmnya banyak berlatar alam dan ada emosi marah di dalamnya melihat banyak kerusakan alam dikarenakan manusia.
Nah pada film kedua karena ceritanya tentang suku Betawi makan saya jadi sering dengan musik gambang kromong dan lagu-lagu Betawi seperti Jali-jali, Kicir-kicir, dan Keroncong Kemayoran.