Pagi itu cuaca cerah dan hawa di Krui begitu segar. Kami menuju Pesisir Barat, Lampung, untuk melihat-lihat pantai di sana sebelum menuju Liwa. Ketika melihat papan petunjuk Gua Matu, kami tertarik. Kami pun singgah, menuruni sejumlah anak tangga dan mengagumi panorama di sekitar.Â
Hari masih pagi. Tak ada kendaraan yang parkir. Kami pun bertanya ke seorang kakek yang menjaga warung sambil menjaga parkir. Ia menanyakan maksud kedatangan kami. Ketika kami memberitahukan ingin melihat gua, ia menyarankan untuk mengajak kuncen yang biasanya berdiam di sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari dangau sebelum menuruni anak tangga menuju gua.Â
Kakek tersebut menolak ketika kami mengajaknya sebagai pemandu. Oh mungkin si kakek kuatir capek pulang pergi ke gua.Â
Rupanya kuncen gua tersebut tidak ada. Kami ragu-ragu apakah kami terus melangkah menuju gua atau kembali saja ke parkiran.Â
Ketika melihat panorama dari dangau, aku merasa takjub. Dari tempat tersebut terlihat Samudera Hindia atau Samudera Indonesia yang luas. Akhirnya kami pun sepakat untuk melihat-lihat panorama di sekitaran Gua Matu.Â
Sebelum menuruni tangga, ada peringatan untuk berniat yang baik dan menjauhi perbuatan maksiat. Kami kemudian melihat deretan anak tangga yang rapi menuju ke bawah dengan kanan kiri adalah pepohonan.Â
Debur ombak semakin terdengar ketika kami terus menuruni anak tangga. Ada hewan-hewan yang melintas, seperti monyet dan burung-burung. Hawa begitu segar dan pemandangan laut juga begitu menawan.Â