Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film Xale dan Sekelumit Industri Film Senegal

10 September 2024   20:13 Diperbarui: 11 September 2024   17:56 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Xal membahas tentang perjuangan perempuan Dakar, Senegal, dalam meraih keadilan | Photo courtesy NY African Film Festival

Berbicara tentang Senegal, yang terbayang di benak kalangan awam adalah balapan mobil yang terkenal, Paris - Dakar Rally atau The Dakar, yang dihelat tahunan sejak tahun 1979. Lantas bagaimana dengan industri film Senegal? Yuk kita bahas sekelumit industri film Senegal dan salah satu film Senegal yang tayang di Festival Film 100 Persen Manusia, yakni film berjudul Xal. 

Industri film Senegal bermula pada pertengahan tahun 1950-an. Masa keemasan berlangsung pada tahun 1970-an, namun kemudian produksi film merosot tajam pada tahun 1980-an. Baru pada tahun 2000-an, industri film mulai bangkit dan kebanyakan bekerja sama dengan rumah produksi dari Eropa. 

Dibandingkan dengan negara lainnya di Afrika, industri film Senegal termasuk tertinggal. Apalagi jika dibandingkan industri film Nigeria yang punya julukan Nollywood. Negara lainnya di Afrika yang punya industri film besar selain Nigeria adalah Republik Afrika Selatan. 

Nah menariknya di Festival Film 100 Persen Manusia ini juga diputar film-film dari Afrika, terutama Senegal. Film-film tersebut adalah Banel & Adama dan Xal. 

Tentang Apakah Xal?
Film Xal bercerita tentang perjuangan dan mimpi dua saudara kembar lawan jenis berusia 15 tahun, Awa (Nguissaly Barry) dan Adama (Mabeye Diol). Keduanya memiliki mimpi yang berlainan. Awa begitu cerdas dan berambisi di akademik. Sedangkan saudara laki-lakinya, Adama ingin menumpang kapal menuju Prancis. 

Awa dan Adama adalah saudara kembar yang memiliki mimpi berbeda (Sumber gambar: Africultures) 
Awa dan Adama adalah saudara kembar yang memiliki mimpi berbeda (Sumber gambar: Africultures) 

Keduanya giat memperjuangkan mimpi. Hingga kemudian kematian sang nenek memberikan dampak besar ke kehidupan mereka. Apalagi Atoumane (Ibrahima M'Baye) suka ikut campur dengan urusan mereka. 

Sebuah Film yang Kental Nilai Tradisi dan Isu Sosial
Saya menyaksikan film Xal di Festival Film 100% Manusia di Kineforum Asrul Sani, Jumat (7/9). Mungkin karena judul filmnya tidak populer dan temanya juga nonkomersial, atau juga karena waktu penayangannya masih sore, yaitu pukul 17.00-18.45, maka peminat film ini relatif minim. Saat itu saya menonton film ini benar-benar sendirian, seperti menonton privat di studio pribadi hehehe. 

Film Xal ini mengingatkan pada film berjudul Women from Rote Island, dari segi isu dan pernak-pernik filmnya. Seperti Women from Rote Island, film ini juga memiliki isu utama tentang perjuangan kaum wanita dari kultur yang membelenggu dan kekerasan dari pihak laki-laki. 

Xal sendiri adalah film ketiga dari Moussa Sene Absa yang sama-sama membidik isu perempuan. Filmnya sebelumnya adalah  Tableu Ferraile (1995) dan L'Extraordinaire destin de Madame Brouette (2002). Khusus untuk Xal, Moussa Sene Absa menulisnya bersama Pierre Magny dan Ben Diogaye Beye. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun