Minggu lalu aku berkesempatan mengunjungi kota yang terkenal dengan lambang angso duo ini. Di sela-sela kegiatan, kami menikmati keindahan Sungai Batanghari dan jembatan terkenal Jambi dari berbagai sisi. Ada tiga sisi yang kami amati, dari restoran di Hotel Wiltop, di Jambi Seberang, dan langsung berjalan kaki di area Jembatan Pedestrian Gentala Arasy.
Jembatan ini diresmikan tahun 2015. Dari hotel, jembatan ini nampak begitu panjang. Tapi ternyata panjangnya mencapai 503 meter. Tidak begitu jauh ketika kami mencoba menempuhnya dengan berjalan kaki.
Dari restoran di Hotel Wiltop, kami melihat muda-mudi yang menikmati sore hari di jembatan. Mereka nampak asyik menikmati suasana sore sambil berolahraga berjalan kaki. Sementara tak banyak yang menggunakan jasa perahu untuk menyeberang.
Ketika keesokan harinya kami menuju Jambi Seberang, kami melihat sisi yang berbeda dari jembatan dan sungai. Di Jambi Seberang, disediakan bangku-bangku yang nyaman untuk menikmati keindahan sungai. Tempatnya lumayan bersih. Juga ada dermaga mungil dan tempat penyewaan perahu untuk menyeberang. Dari sini terlihat Jembatan Gentala Arasy samar-samar.
Di Jambi Seberang suasana khas Jambi lebih kental. Masih ada berbagai rumah adat khas Jambi, juga ada perajin batik Jambi. Suasananya juga lebih sepi jika dibandingkan dengan pusat kota Jambi.
Kesempatan untuk menjejakkan kaki ke Jembatan Gentala Arasy kemudian kudapatkan keesokan harinya. Kami mengawalinya dari tempat bernama Ancol. Di sini banyak penjual makanan dengan harga murah meriah.
Saat itu Minggu pagi. Tak banyak pengunjung yang berjalan kaki, sehingga kami leluasa menikmati suasana pagi di jembatan.
Jembatan Gentala Arasy merupakan jembatan pejalan kaki. Jembatan ini dikhususkan untuk pariwisata, jadi tidak ada kendaraan yang berlalu lalang. Gentala Arasy sendiri berarti suara harmonis yang bisa didengar hingga ke angkasa.
Kami asyik melangkah sambil melihat-lihat suasana di Sungai Batanghari. Wah kami belum sempat mencobai naik perahu. Kalau ke Jambi lagi, aku ingin mencobanya.