Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

A Tale of Two Kitchens, Cerita Restoran Meksiko di Dua Negara

11 Juni 2024   19:02 Diperbarui: 20 Juni 2024   21:06 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film ini memang menyanjung kedua restoran namun ada banyak inspirasi yang bisa diambil di film ini (sumber gambar: Netflix) 

Mengelola sebuah restoran bukan hal yang mudah. Tak sedikit film yang mengurai betapa sengitnya suasana dapur ketika restoran beroperasi. Namun ada juga berbagai cerita yang hangat dan menyenangkan tentang restoran. Salah satunya adalah A Tale of Two Kitchens.

Ketika membaca judul film ini aku langsung teringat dengan novel Charles Dickens berjudul A Tale of Two Cities. Berkat judulnya yang bikin penasaran, aku kemudian memilih film ini sebagai tontonan random, untuk menghabiskan petang hari.

Film A Tale of Two Kitchens merupakan film dokumenter berdurasi 29 menit. Film ini dirilis tahun 2019 dan bisa disaksikan di Netflix.

Seperti judulnya, film ini membahas dua dapur yang merujuk pada dua restoran yang dikelola pemilik yang sama. Ia adalah Gabriela Cámara. Ia seorang chef berdarah Meksiko yang membuka restoran seafood bernama Contramar di Mexico City. Ia membawa semangat suasana pantai dan seafood segar di perkotaan. 

Film ini memang menyanjung kedua restoran namun ada banyak inspirasi yang bisa diambil di film ini (sumber gambar: Netflix) 
Film ini memang menyanjung kedua restoran namun ada banyak inspirasi yang bisa diambil di film ini (sumber gambar: Netflix) 

Restorannya sukses. Selain dikenal menyajikan masakan yang lezat, manajemen restoran ini juga disebut mengayomi para karyawannya betah bekerja di sama hingga bertahun-tahun.

Pada tahun 2015, ia membuka lagi restoran dengan menu yang sama, yakni menu masakan Meksiko dengan nama Cala di San Francisco. Restoran ini juga terkenal karena tak sedikit kaum migran di Amerika. Penyuka dan yang penasaran dengan masakan Meksiko juga banyak.

Yang menarik dari para pekerja Cala, mereka berasal dari berbagai negara. Utamanya kaum migran dari Amerika Latin. Manajemen Cala tak terlalu peduli dengan latar belakang pegawainya, asal berdedikasi. Bahkan ada pegawainya yang merupakan mantan napi.

Serupa dengan suasana kerja di Contramar, para pekerja juga mendapatkan perhatian. Mereka nyaman bekerja di sana. Bahkan, ada kesepakatan menarik, uang tips yang diterima tiap pelayan akan dikumpulkan lalu dibagi merata.

Film dokumenter ini secara bergantian menyorot dua restoran tersebut, lalu melakukan wawancara dengan para pekerjanya, baik dari pemilik resto yaitu Gabriela, jajaran chef, bartender, pelayan restoran, dan staf bagian lainnya. Suasana restoran juga beberapa kali disorot, di mana suasana di Contramar nampak lebih hidup dan hangat.

Contramar membawa suasana pantai dan seafood segar ke perkotaan (sumber gambar: Eater) 
Contramar membawa suasana pantai dan seafood segar ke perkotaan (sumber gambar: Eater) 
Oleh karena tema dokumenternya makanan, maka banyak adegan memasak dan sajian makanan yang ditampilkan. Rupanya alpukat menjadi bahan yang sering digunakan di masakan Meksiko. 

Alpukat telah dikenal sejak ribuan tahun di negara tersebut sehingga menjadi bagian budaya negara tersebut. Suku Aztek menyebutnya aoacatl. Salah satu masakan dengan alpukat yang terkenal adalah guacamole.

Alpukat menjadi bagian masakan tradisional Meksiko (sumber gambar: Cultura Colectiva) 
Alpukat menjadi bagian masakan tradisional Meksiko (sumber gambar: Cultura Colectiva) 

Memang film dokumenter ini seperti mempromosikan kedua restoran secara cuma-cuma. Namun ketika menonton, aku tidak merasa dijejali dengan iklan, melainkan merasa senang melihat antusias dan guyupnya pekerja di kedua restoran tersebut. 

Aku juga jadi tergoda ingin merasakan menu masakan Meksiko lainnya selain taco dan burrito.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun