Aku menemukan buku ini di aplikasi iPusnas. Sejak melihat sampul bukunya, aku langsung jatuh cinta dan penasaran akan isinya. Tapi tidak mudah meminjam buku ini karena selalu masuk daftar antrian. Tapi akhirnya keberuntungan ada di pihakku. Hari ini aku bisa meminjamnya dan membacanya hingga tuntas. Kalian jika tak sabar bisa langsung membelinya.
Buku Randang Bundo ditulis oleh Wynda Dwi Amalia. Ia menulisnya untuk riset tugas akhirnya. Ia yang berdarah Padang tertarik untuk membuat buku tentang rendang dengan menggabungkan narasi, foto-foto, dan ilustrasi yang indah. Buku setebal 120 halaman ini kemudian diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.
Awalnya kupikir ini adalah buku fiksi. Tapi ternyata nonfiksi. Aku suka akan layout, ilustrasi, dan foto-foto masakannya. Demikian juga dengan   gimmick bahwa buku ini adalah buku rahasia yang menyimpan resep rahasia milik Bundo. Memang sih ilustrasi dan warna kertasnya mirip dengan buku kuno. Pada bab Sejarah Randang juga ada latar samar-samar tentang peta kuno nusantara.
Yuk Kita Bahas tentang Aneka Rupa Randang
Rendang atau randang sebenarnya bukan nama masakan, melainkan teknik memasak, seperti halnya menumis. Â Bahannya umumnya menggunakan santan yang kemudian dimasak lama hingga mengalami karamelisasi dan berwarna kecokelatan. Namun ternyata tidak semua rendang dimasak hingga seperti itu, ada variasi metode memasak, bergantung juga dengan bahan utama dan daerah asalnya.
Nah dari buku ini, aku baru tahu bahwa ada sekitar 12 jenis dan varian randang di Sumatera Barat. Bahan bakunya bukan hanya daging sapi, melainkan juga daging hewan lainnya, ikan, unggas, kerang, telur bebek, dedaunan, hingga buah. Wah ini unik.
Ada lima daerah di Sumatera Barat yang memiliki ciri khas randang masing-masing. Di Danau Maninjau ada randang pensi, di Pariaman ada randang lokan. Di Batu Sangka ada randang baluik. Di Bukit Tinggi ada randang itiak dan randang jariang. Nah di Payahkumbuh ada lima varian rendang, randang cubadak, randang talua, randang tumbuak, randang runtiah, dan randang daun. Apabila mengingat kondisi geografis dan kekayaab alam di daerah tersebut, rasanya memang beralasan ada berbagai jenis randang tersebut.
Danau Maninjau dekat pesisir dan Pariaman dekat muara sungai sehingga daerah di sana memang penghasil pensi dan lokan. Pensi adalah kerang kecil, sedangkan lokan adalah kerang dengan cangkang besar. Untuk randang pensi maka yang diambil adalah dagingnya saja, tanpa kulit kerang.
Dalam randang pensi biasanya ditambahkan daun  pakis dan kelapa parut. Sementara untuk randang lokan hanya dimasak sampai kemerahan.
Bagaimana dengan randang baluik? Randang baluik menggunakan bahan baku berupa belut. Belut diolah dan dimasak dulu hingga tidak amis dan empuk. Bahan tambahan randang baluik ini ada lima jenis daun, surian, ayang-ayang, kedondong, asam kesambi, dan palem-palem sehingga rasa randangnya agak masam.
Randang itiak menggunakan bahan baku daging bebek. Sedangkan randang jariang berbahan utama jariang alias jengkol. Jengkol ini juga diolah dulu sebelum dimasukkan. Bahan pendamping randang jariang adalah hati sapi.