Yang kayu bisa dibuat papan kayu, triplek, dan ubin parket jati, kertas, juga aneka kerajinan tangan. Kayunya sendiri bukan hanya jati, melainkan juga kayu kapur, kayu keruing, kayu ramin, dan kayu meranti merah.
Sedangkan hasil hutan non kayu ada begitu banyak. Ada minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak cendana, kayu manis, madu, benang sutera, damar, rotan, bambu, minyak atsiri, bahan obat, kemenyan, bahan pelitur, bahan penyamak kulit, dan kapur barus.
Di lantai dua sendiri koleksinya lebih ke foto-foto kuno di antaranya tentang pemeliharaan dan aneka satwa yang dilindungi. Juga ada informasi tentang aneka jenis hutan dan fungsinya.Â
Sayangnya persebaran tiap jenis hutan dan berapa luasan hutan yang ada di tiap pulau, serta berbagai kasus kebakaran hutan tidak ada di sini. Padahal itu adalah info yang penting agar pengunjung bisa teredukasi pentingnya menjaga hutan.
Kami kemudian melanjutkan mengobrol tentang inovasi museum, penambahan barcode di berbagai koleksi, serta isu seputar museum lainnya di perpustakaan yang ada di lantai dua.Â
Tempat ini koleksinya tentang kehutanan juga lengkap. Wah kunjungan yang seru dan menyenangkan. Apalagi ketika kemudian diajak melihat ruang teater audio visualnya. Wah bisa jadi tempat kolaborasi komunitas nih.
Oh iya museum ini buka tiap hari kerja, Senin-Jumat pukul 09.00-15.00 WIB. Lokasinya di Kompleks Kementerian KLHK di Gatot Subroto, Senayan. Museum ini mudah diakses dengan KRL. Tinggal berjalan kaki dari Stasiun Palmerah.
Salam lestari dan salam museum di hatiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H