Awan hitam telah menggelayut di langit ketika kami tiba di depan kompleks Candi Gedong Songo. Ada keraguan muncul, apakah batal atau lanjut untuk masuk ke dalam kompleks candi yang luas di sekitaran Ungaran ini.
Ini adalah cerita sekian waktu lalu ketika musim hujan masih sering menyapa.
Karena ini kali pertamaku ke sini dan belum tentu ada kesempatan lagi, maka kami pun memutuskan untuk berkeliling candi, hingga langit makin gelap. Hawa yang sejuk dan langit yang mendung, membuat suasana di sekitar candi terasa syahdu.
Candi ini memiliki nuansa seperti di kompleks Candi Dieng karena lokasinya yang berada di dataran tinggi. Bentuk candinya menurutku juga agak mirip.
Candi-candi ini rupanya terpisah satu sama lain. Trekkingnya lumayan. Berhubung langit yang makin gelap, aku terburu-buru ke atas dan hanya sampai ke Candi Gedong III. Masih ada bunga-bunga di sana dan sisa pembakaran dupa, karena candi ini masih digunakan untuk sembahyang.
Aku tak pandai membaca relief atau pun memahami hiasan candi. Aku hanya bisa mengagumi bagaimana nenek moyang dulu membangunnya, apalagi lokasinya lumayan menanjak.
Langit semakin gelap. Aku bergegas turun. Sampai di Candi Gedong I, rintik gerimis mulai hadir. Tak lama titik tersebut makin rapat dan deras. Â Sementara aku sudah siap dengan senjata payung.
Kabut, hujan membuat suasana di kompleks candi makin syahdu.
Aku belum pernah kembali ke sana lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H