Gara-gara sebuah pertunjukan tari aku jadi jatuh cinta dengan alat musik  tradisional tersebut. Namanya saluang. Alat musik tiup tersebut mirip seruling dengan nada musik yang mengalun sedih juga merdu sekaligus.
Saat itu aku menyaksikan tarian yang koreografinya adalah Deddy Luthan (alm). Sebuah tarian dengan dua penari utama. Sebenarnya tarian kontemporer ini tidak begitu kompleks. Namun yang membuatku seperti terhipnotis terus memperhatikan panggung di depanku adalah musik pengiringnya. Alat musik tiup yang terdengar begitu magis dan memikat. Musik itu seperti flute yang dimainkan Tumnus untuk menghipnotis Lucy dalam film Narnia.
Setelah pertunjukan tari tersebut aku jadi penasaran dengan saluang. Rupanya instrumen musik tradisional asal Minang ini memang mirip seruling, hanya lubangnya ada empat buah.
Teknik pembuatannya relatif sederhana tapi perlu keahlian tertentu agar menghasilkan bunyi yang pas. Teknik memainkannya ini yang tak mudah, karena perlu berlatih bernafas secara intensif sehingga bisa memainkan lagu tanpa nafas terputus.
Ada banyak cerita tentang saluang. Tiap daerah di Minangkabau punya cara dan gaya sendiri memainkan saluang sehingga ada gaya Solok dan gaya Pariaman. Selain itu, saluang umumnya memiliki nada yang sedih dengan lirik yang juga mengeluh, meratap, dan hal-hal sedih lainnya. Sehingga kemudian muncul larangan untuk mendengar saluang jika calon pendengarnya sedang berduka karena bakal makin larut dalam kesedihan. Hehehe ada-ada saja.
Seiring perkembangan jaman, kemudian muncul saluang dangdut. Lalu juga hadir saluang disko dan sebagainya.
Oh iya ternyata memang ada cerita jika saluang bisa memiliki kemampuan magis. Wah musik yang dihasilkan sih memang indah, sehingga tak heran bisa membuat pendengarnya seakan-akan larut dengan nada-nadanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H