Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ketika Aku Memutuskan Bergabung dengan Kompasiana

22 Oktober 2023   15:50 Diperbarui: 25 Oktober 2023   16:25 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seandainya aku tak bergabung dengan Kompasiana, mungkin aku tak pernah merasai membuat film pendek (sumber gambar: Instagram.com/fflampung) 

Selamat ulang tahun Kompasiana,
Tak terasa sudah lima belas tahun usiamu
Waktu yang lama dalam menebarkan pengaruh
Baik dalam menumbuhkan kegiatan literasi maupun memberikan inspirasi apapun itu
Jangan berhenti di sini, teruslah melaju

Seandainya pada bulan April tahun 2010 aku tidak bergabung dengan Kompasiana, mungkin Puspa saat ini berbeda dengan aku pada saat ini. Aku sendiri tidak begitu percaya dengan kebetulan. Dan aku percaya setiap langkah dan pilihan menentukan jalan hidup seseorang. 

Seandainya pada 18 Maret 2013, aku tidak memulai menulis di Kompasiana, mungkin hingga saat ini aku tetap menjadi Kompasianer pasif. Hanya kadang-kadang singgah dan membaca artikel-artikel yang kurasa menarik. 

Entah kenapa tiba-tiba aku tertarik bergabung dengan Kompasiana. Aku juga tidak tahu apa yang menggerakkanku untuk mulai menulis di Kompasiana. Tapi aku tak menyesal karena pilihan untuk bergabung dan kemudian menulis itu kemudian membentukku menjadi aku yang seperti saat ini. 

Tulisanku pertama di Kompasiana tahun 2013. Tahun itu aku banyak menulis tentang catatan perjalanan (tangkapan layar Kompasiana) 
Tulisanku pertama di Kompasiana tahun 2013. Tahun itu aku banyak menulis tentang catatan perjalanan (tangkapan layar Kompasiana) 

Tulisan pertamaku adalah catatan perjalanan yang lumayan panjang ketika melakukan perjalanan ke Pulau Sempu. Sekitaran tahun 2013-2014 aku banyak melakukan perjalanan, baik berkelompok, ikut open trip, maupun perjalanan solo. 

Selama tahun 2013 aku mulai bercerita tentang beberapa perjalanan solo yang kulakukan. Perjalanan tersebut kulakukan ketika menuju Bali dengan berganti-ganti transportasi umum, dari dua kali naik kereta, kapal feri, bus, dan angkutan umum lainnya. Cerita lainnya adalah mendaki Kawah Ijen sendirian dan tinggal di penginapan yang dikelola warga setempat. 

Cerita perjalanan berikutnya dari Lombok menuju Sumbawa. Ini perjalanan yang mendebarkan karena selain merupakan perjalanan solo juga aku belum pernah sama sekali menyeberang ke Sumbawa. Saat itu aku menginap di rumah nelayan setempat dan mendapat pengalaman juga cerita yang menarik dari warga sekitar. 

Aku sangat senang ketika tulisan-tulisan tersebut banyak dibaca dan dikomentari. Tak sedikit yang kemudian mengirimkan pesan privat, untuk mengetahui lebih detail tentang bujet, lokasi penginapan, transportasi umum, dan memupuk keberanian untuk melakukan perjalanan solo. Ada juga yang bertanya destinasi untuk memulai menjadi seorang pelancong solo perempuan dan lain-lain. 

Karena beberapa kali melakukan perjalanan solo, lalu aku tertarik membuat artikel tips perjalanan solo untuk perempuan (tangkapan layar Kompasiana/Dokumentasi pribadi) 
Karena beberapa kali melakukan perjalanan solo, lalu aku tertarik membuat artikel tips perjalanan solo untuk perempuan (tangkapan layar Kompasiana/Dokumentasi pribadi) 

Komentar-komentar dan pertanyaan tersebut membuatku terpacu untuk membuat tulisan lainnya. Saat itu aku masih lumayan sibuk menjadi konsultan TI, melakukan berbagai penelitian, dan mengurus lab TI, sehingga tidak begitu sering membuat tulisan seperti saat ini. Oleh karenanya jika sedang ada waktu luang, maka aku kemudian menyusun tulisan. 

Tulisan-tulisan berikutnya mengupas tentang cara menjadi pelancong solo perempuan. Bagaimana agar tidak banyak mendapatkan perhatian dari orang-orang sekitar alias aman selama melakukan perjalanan, dan sebagainya. 

Tulisan tersebut kususun dari pengalaman sendiri ketika melakukan perjalanan baik di dalam maupun ke luar negeri, dari kota besar maupun ketika berlibur ke pulau-pulau. 

Aku begitu senang ketika tulisanku tersebut menginspirasi Kompasianer lainnya dan pembaca umum untuk berani keluar dari rumah yang nyaman untuk menjelajah dunia sekitar. 

Percayalah sekali melakukan perjalanan solo, kalian akan ketagihan. Andrenalin terpacu karena rasa was-was karena melakukan semuanya sendirian berkombinasi dengan rasa penasaran dan keingintahuan. 

Saat melakukan perjalanan solo maka kemampuan beradaptasi dan daya juang kita diuji, apakah kita mampu tetap tenang saat jadwal perjalanan berubah, bagaimana kita beradaptasi dengan warga setempat, dan sebagainya. 

Andai saja kucing-kucingku tidak semanja sekarang dan pak satpam yang dulu suka kumintai tolong menjaga kucingku masih bekerja, aku pasti berkeinginan untuk sering-sering melakukan perjalanan solo. Kini aku merasa sudah lumayan puas bisa nonton konser atau ke berbagai obyek wisata di Jakarta secara sendirian. 

Tahun 2014 Mulai Ikut Nangkring dan Datang ke Kompasianival
Awal-awal berkompasiana, aku ingin dikenal sebagai anonim. Tidak ada nama lengkap. Aku hanya ingin dikenal lewat karya tulisan, bukan sebagai sosok. Tapi aku kemudian penasaran dengan berbagai event Kompasiana yang dulu disebut nangkring. 

Mulailah aku melepas sedikit demi sedikit atribut anonimku. Event yang diadakan sebuah brand obat sariawan adalah event yang kuikuti kali pertama. Tak ada Kompasianer yang kukenal. 

Aku masih malu-malu dan hanya memperhatikan sekeliling. Ketika ada lomba media sosial, aku juga bingung melihat banyak yang mampu mengetwit sebanyak itu selama acara.

Setelah acara nangkring tersebut beberapa kali aku ikut serta sepanjang tahun 2014. Saat itu aku mulai mengenal sosok mba Muthiah, Okti, dan Khairunisa. Aku kemudian penasaran dengan acara Kompasianival yang diadakan di TMII. 

Mungkin jika aku tidak memberanikan diri datang ke acara nangkring dan Kompasianival, aku tetap sosok penulis yang anonim hingga saat ini. Hanya berkawan melalui dunia maya. 

Tahun 2014 aku mulai menulis ulasan film di Kompasiana dan senang ketika dapat komentar dari sutradaranya (tangkapan layar Kompasiana/Dokumentasi pribadi) 
Tahun 2014 aku mulai menulis ulasan film di Kompasiana dan senang ketika dapat komentar dari sutradaranya (tangkapan layar Kompasiana/Dokumentasi pribadi) 

Nah, pada tahun 2014 tulisanku mulai variatif. Aku juga mulai membuat ulasan film. Rasanya senang sekali ketika tulisan ulasan Tiga Nafas Likas mendapat komentar dari sutradaranya, Rako Prijanto, yang kemudian kucek nama profilnya diubah menjadi Ari Keliat. 

Tahun 2015 Makin Aktif Menulis Ulasan Film dan Berkomunitas
Pada tahun 2015 aku mulai aktif menulis ulasan film di Kompasiana, baik yang kutonton di bioskop maupun di platform lainnya. Yang menyenangkan ketika tulisan tersebut dibaca banyak orang dan mendapat komentar dari sineas pembuatnya. 

Aku tak hanya menulis tentang ulasan film, namun juga perkembangan rumah produksi film di berbagai kota seperti di Makassar dan Yogya. 

Tahun 2015 bisa dibilang tahun-tahun menyenangkan bagi komunitas di Kompasiana. Saat itu komunitas di Kompasiana nampak hidup. Aku ikut berbagai event yang diadakan komunitas seperti Fiksiana, Rumpies the Club, KPK, KOMiK, dan Koteka. 

Pada tahun tersebut juga banyak event seru Kompasiana dan lomba blog berhadiah jalan-jalan. Aku begitu senang ketika dapat hadiah perjalanan ke Lampung dan Kepulauan Seribu. Sungguh menyenangkan dan bikin banyak punya teman. 

Senangnya dulu bisa ikut event lomba blog yang hadiahnya jalan-jalan ke kebun kopi Lampung (Dokumentasi pribadi) 
Senangnya dulu bisa ikut event lomba blog yang hadiahnya jalan-jalan ke kebun kopi Lampung (Dokumentasi pribadi) 

Tahun 2017 Mulai Aktif di KOMiK
Tahun 2016 aku bergabung dengan Cinemania Indonesia, sebuah kelompok yang mengelola majalah daring gratis. Saat itu aku menjadi kontributor khusus film Indonesia. Setiap bulan aku menulis sekitar empat ulasan film Indonesia.

Pada masa-masa inilah, kemampuan menulis ulasanku mulai diasah. Sambil menulis di Cinemania, aku juga masih rajin menulis di Kompasiana. 

Ketika Cinemania mulai vakum, Pak Agung, ketua KOMiK saat itu, kemudian menawariku untuk menjadi admin KOMiK. Andai saja saat itu aku menolak tawaran tersebut, mungkin aku tidak menjadi admin KOMiK hingga saat ini. 

Pada tahun 2017, aku, Pak Agung, dan Dina melakukan banyak terobosan untuk KOMiK dengan menggandeng berbagai pihak seperti CGV, pusat bahasa Prancis alias IFI, Kineforum, dan lain-lain. 

Aku masih ingat waktu itu aku, Dina, dan Pak Agung seperti salesman datang ke tiap-tiap pihak menyodorkan proposal kerja sama. Ada yang diterima, tak sedikit yang ditolak. 

Sebelum nonton, makan-makan dulu di sekitaran Blok M (dok.KOMiK/Agung Han) 
Sebelum nonton, makan-makan dulu di sekitaran Blok M (dok.KOMiK/Agung Han) 

Setiap tahunnya KOMiK melakukan inovasi dan terobosan. Kami melakukan nobar ke tempat-tempat alternatif seperti nobar ke kedutaan, nobar layar tancap, dan sebagainya. 

Lalu kami menggarap nobar spesial, menggabungkan nobar dengan jelajah dan wisata kuliner seperti Nobar Aruna dan Lidahnya yang diawali dengan jelajah kuliner di kawasan Blok M. 

Kemudian kami melakukan jelajah nobar maraton ke museum, makan di tempat legendaris, lalu nonton dua film perjuangan. Event ini yang kemudian memicu kami membuat buku tentang film perjuangan. 

Bermula dari buku Sinema Indonesia Apa Kabar, kemudian dirilis dua buku tentang kumpulan naskah film pendek dan buku tentang film perjuangan. Nah buku tentang film perjuangan ini diapresiasi oleh Museum Penerangan. Mereka kemudian mengundang kami di acara nobar spesial film pertama Usmar Ismail sekaligus merayakan Hari Film Nasional. 

Gara-gara buku film perjuangan dapat undangan nobar oleh Museum Penerangan (dok.KOMiK) 
Gara-gara buku film perjuangan dapat undangan nobar oleh Museum Penerangan (dok.KOMiK) 

Buku keempat bekerja sama dengan Ladiesiana, Perempuan dan Sinema, juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak, dari organisasi Ibu-ibu Jakarta hingga pengkaji film mas Erik. Wah senangnya. Ini membuat kami bersemangat untuk terus memproduksi buku tentang perfilman. 

Nah yang menyenangkan karya KOMiK berupa film pendek juga mendapat apresiasi. Film pertama, Jagaditta, masuk menjadi official selection di festival BRIEFF 5.0 dan Uwan Urwan mendapat nominasi aktor terbaik, juga tayang di Festival Film Lampung 2023. 

Film yang kedua, film Ngidam lahir karena lolos tiga besar cerita yang didanai Jakarta Film Fund, bagian dari Jakarta Film Week. 

Seandainya 13 tahun lalu aku tidak bergabung dengan Kompasiana dan 10 tahun lalu tidak memulai menulis, mungkin sampai saat ini aku juga bukan seorang Kompasianer. Aku bangga menjadi Kompasianer dan aku merasa senang menjadi bagian KOMiK dan komunitas-komunitas Kompasiana lainnya. 

Selamat ulang tahun Kompasiana, semoga selalu menyebarkan inspirasi serta memberikan semangat berkontribusi bagi diri sendiri dan lingkungan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun