Suaka ini terletak di sebuah pulau terpencil di Skotlandia. Padang rumput yang kering menghampar di depan pemukiman yang disediakan khusus bagi para pencari suaka sebelum mereka dinyatakan lolos atau tidak untuk masuk ke Inggris. Suasana di sekeliling pemukiman nampak suram dan muram. Potret kecil kehidupan pencari suaka ini tersaji dalam film berjudul Limbo (2020).
Salah satu pencari suaka tersebut adalah Omar (Amir El-Masry). Ia seorang musisi asal Syria. Ia ingin mengembangkan kariernya sebagai musisi etnik di Inggris karena negaranya saat itu masih berkecamuk perang. Ke mana-mana ia membawa alat musik tradisionalnya, oud. Tapi ternyata tangannya terluka dan ia kuatir tidak bisa kembali memainkan alat musiknya. Ia makin cemas ketika ayahnya berkata seorang musisi tanpa bisa memainkan alat musik itu berarti mati.
Bersama Omar, ada tiga rekannya. Wasef dari Nigeria, Â Abedi dari Ghana, dan Farhad dari Afghanistan. Farhad telah 32 bulan menunggu statusnya yang tak jelas di suaka tersebut.
Ada kalanya mereka masuk ke kelas, belajar bahasa Inggris dan hal-hal lainnya yang mereka perlu ketahui untuk bersosialisasi di sana. Kehidupan jadi terasa lamban dan membosankan. Keempatnya jadi bertanya-tanya apakah suaka ini memang sengaja dikondisikan agar mereka putus asa dan kembali ke negaranya?
Film ini bukan jenis film drama yang bisa dinikmati dengan santai dan dengan tujuan untuk mendapatkan hiburan. Filmnya memiliki ritme yang lambat dan terasa datar di awal-awal hingga tensinya mulai menaik di pertengahan hingga menuju akhir cerita.
Ben Sharrock selaku penulis cerita dan sutradara film ini ingin memberikan gambaran lain soal kehidupan para pencari suaka. Nick Coope, si sinematografer, cerdik memasang visual-visual berupa landscape yang luas namun nampak suram dengan warna-warna yang terkesan muram. Visual ini sesuai dengan suasana hati para pencari suaka yang nampak mulai putus asa menunggu proses persetujuan mereka.
Limbo sendiri bisa berarti banyak makna. Limbo bisa bermakna tepi atau batas, dan ketidakpastian. Limbo juga bisa dimaknai tempat pembuangan dan tempat yang terlupakan. Ini seperti yang dialami Omar dan kawan-kawan. Mereka tak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa menunggu. Tak boleh bekerja, hanya beraktivitas di kelas dan di rumah. Sesekali mereka menelpon keluarga mereka. Sinyal hape hanya ada di tempat tertentu.
Meski tema yang disampaikan cukup berat namun sebenarnya film ini menyisipkan komedi-komedi di dalamnya. Dark comedy, lebih tepatnya. Mereka sering sekali menonton serial Friends dan sering mendebatkan ulah karakter-karakter di film tersebut. Ada juga adegan ketika mobil yang ditumpangi Omar dan kawan-kawan berputar-putar tanpa henti di sebuah jalan berlumpur. Adegan ini seperti simbol penegasan kehidupan para pencari suaka yang setiap hari itu-itu saja.