Memaafkan itu berat. Tak semua bisa memaafkan orang lain dengan hati ringan dan ikhlas. Apalagi, jika kesalahan orang tersebut sangat besar, serta membangkitkan luka dan trauma. Lantas bagaimana apabila pada saat bulan Syawal kita belum bisa memaafkan kesalahan orang lain?
Ketika aku kecil, aku menganggap Idul Fitri dan momen bermaafan itu bak sebuah paket kombo dua jadi satu. Maksudku, ya saat Idul Fitri itulah momen saling memaafkan, tinggal saling bersalaman sambil mengucapkan 'mohon maaf lahir batin', maka kesalahan kita ke seseorang akan otomatis dimaafkan. Tapi setelah dewasa, aku baru paham jika konsep memaafkan tidak semudah itu. Memaafkan seseorang itu rupanya aktivitas yang sangat berat karena memerlukan unsur keikhlasan.
Oleh karena aktivitas memaafkan memerlukan keikhlasan, maka ada kalanya aku berpikir apakah momen bermaafan pada saat Idul Fitri dan bulan Syawal itu sekadar formalitas? Apalagi jika hanya disampaikan melalui aplikasi chatting dan kalimatnya hanya hasil copy paste dari kalimat ucapan lainnya.
Ya, rupanya ketika kita ingin memaafkan seseorang, kita ingin melihat motivasi yang mendorong seseorang tersebut untuk meminta maaf. Ketika ia meminta maaf dengan tulus dan sepenuh hati, maka hati kita pun tergerak. Meskipun belum bisa benar-benar melupakan kesalahan orang tersebut, kita sudah bisa memaafkannya. Setidaknya hubungan kita dan orang tersebut sudah kembali membaik, meskipun kondisi hubungannya belum pulih seratus persen
Mengapa Perlu Saling Memaafkan di Bulan Syawal
Bulan Ramadan adalah ujian untuk menempa agar pribadi kita lebih baik. Pada saat bulan tersebut, kita juga berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan nilai ketakwaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, lewat ibadah wajib dan memperbanyak ibadah sunnah. Selanjutnya pada saat Idul Fitri kita dianggap lulus dan naik level.
Namun ibadah vertikal yakni beribadah kepada Allah SWT tak cukup, melainkan kita juga diminta untuk juga melakukan ibadah horizontal yakni berbuat baik kepada sesama manusia. Oleh karena ketika pada saat bulan Syawal kita bisa meminta maaf dengan tulus dan memberikan maaf dengan ikhlas, maka kita diibaratkan kembali seperti kertas yang masih bersih dan kosong.
Memberikan maaf dengan ikhlas sendiri masuk dalam tuntunan Islam. Dengan meminta maaf dan memberikan maaf, manusia diajak untuk melihat dan merenungi kekurangan dirinya. Â Ketika ia bisa memberikan maaf dan memperbaiki hubungan dengan orang yang menyakiti perasaan kita maka hati akan menjadi tentram dan Allah memberikan ganjaran berupa pahala.
Anjuran untuk memberikan maaf ada dalam Al-Qur'an dan Hadits. Dalam Al-Qur'an, anjuran tersebut termuat dalam Surat Asy-Syura ayat 40. Berikut kutipannya yang kukutip dari Tafsir web. Arti dalam ayat 40 Asy-Syura: "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim."
Sedangkan anjuran dalam Hadits ada beberapa. Salah satunya adalah Hadits Riwayat Al-Anshari yang kukutip dari web Islam Indonesia, artinya: "Orang yang paling penyantun di antara kalian adalah orang yang bersedia memberi maaf walaupun ia sanggup untuk membalasnya."
Masih banyak lagi Hadits lainnya yang berisikan anjuran untuk memberikan maaf. Dengan demikian umat Islam diharapkan untuk menjadi pemaaf.Â