Tulisan-tulisan yang ditulis oleh perempuan ada kalanya dikucurkan untuk membuat emosi dan mentalnya tetap seimbang.
Menjadi ibu rumah tangga yang juga seorang blogger sebenarnya tak mudah. Apalagi jika anak-anaknya masih balita. Mereka berkutat dengan kesibukan yang seperti tiada hentinya.
Ketika kemudian di sela-sela kesibukan mengurus rumah tangga dan anak-anak, mereka bisa memegang gawai dan mulai menulis, saat-saat itulah momen 'me time' mereka. Momen yang sederhana namun bisa membuat kehidupan mereka terasa seimbang.
Hal yang sama dirasakan oleh perempuan yang bekerja. Perjalanan menuju tempat kerja ada kalanya bak neraka, macet, hujan, hingga menunggu sekian lama agar bisa naik kendaraan.
Belum lagi tekanan di dunia kerja, tuntutan ini itu ada kalanya membuat sesak nafas. Ketika ada waktu lengang untuk menulis, meskipun lelah, terasa begitu melegakan. Curhat ini itu atau membuat tulisan ringan beberapa ratus kata bak pelampiasan yang membuat mental tetap sehat.
Para perempuan yang sedang bersekolah dan menimba ilmu baik di tempat formal maupun non formal juga memiliki problema tersendiri. Ujian, harapan untuk segera lulus, membuat makalah ilmiah dan jurnal juga ada kalanya membuat jenuh dan pikiran lelah.
Istirahatlah sejenak dengan membaca tulisan di Kompasiana. Lalu tak terasa jemari ikut bergerak untuk ikut membuat tulisan. Hanya ada gawai, tak selalu ada kopi susu aren nikmat, dan kafe yang nyaman, tapi ketika tulisan telah berhasil diunggah rasanya sungguh menyenangkan.
Sementara itu para perempuan yang sedang jatuh cinta ingin menceritakan cinta dan kerinduannya kepada yang terkasih kepada seluruh dunia lewat tulisan-tulisannya yang sendu dan romantis. Sebaliknya mereka yang patah hati dan terluka, meluapkan sedih dan marahnya lewat tulisan agar bebannya sedikit terangkat.
Menulis memang bukan hanya sebagai wadah untuk mengungkapkan gagasan. Menulis bagi perempuan ada begitu banyak manfaat. Dari sebagai tempat beropini, membentuk citra diri menyalurkan hobi, menjadi salah satu sumber mata pencaharian, hingga sebagai pelipur lara agar mental tetap sehat.
Mendapatkan uang dari hasil tulisan bukanlah faktor utama yang memacu perempuan untuk menulis. Meskipun memang sungguh menyenangkan ketika dari hobi bisa mendapatkan duit, lalu bisa memberikan hadiah buat diri sendiri dan orang terkasih.
Komunitas bisa menjadi tempat berkumpul dan berdiskusi seputar hobi, sehingga pikiran jadi rileks dan para anggota perempuan juga bisa berkontribusi, berkolaborasi, dan berkreasi.
Menjadi penulis dan penggiat komunitas perempuan sama setaranya dengan para penulis dan penggiat komunitas dari kaum Adam. Ketika para penulis saling menghargai dan saling memberikan dukungan maka atmosfer dunia penulisan di Kompasiana akan terasa hangat dan hidup. Tak menutup kemungkinan berbagai perubahan ke arah positif akan terjadi.
Terima kasih kepada seluruh penulis perempuan di Kompasiana yang menginspirasi. Terima kasih kepada Khairunisa, mba Muthiah, mba Windu, dan Linda yang sudah seperti kakak, adik, dan sepupu. Terima kasih kepada Oma Tjip yang sudah seperti oma kami di Kompasiana.
Terima kasih juga kepada Ibu, kakak, adik di Kompasiana yang menjadi rekan ngobrol yang menyenangkan baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Ada begitu banyak yang sulit saya tulis satu-persatu, di antaranya mba Yayat, Bunsal, Efa, mba Gana, mba Nuty, Nisa, Emma, Fenni, Ari Budiyanti, mba Hida, Fay, mba Ira, Etha, Putri, Nurul, Clara, Siti, Mira, Arum, mba Wahyu, mba Denik, Mira, mba Dennise, Kiki, Diyah, bu Marla, mba Wawa, mba Yana, Nindy, mba Widha, dan masih banyak lagi.
Selamat Hari Kartini. Tetaplah berkontribusi sebagai wanita karier, istri, anak, ibu, kakak, dan adik. Tetap semangat menulis dan terus menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H