"... di mana-mana kehancuran suatu bangsa, dimulai dari kehancuran moral generasi mudanya... " - K. H. Zainuddin M.Z.
Chaerul Umam dikenal sebagai sutradara yang sarat prestasi. Selain film drama komedi romantis, ia beberapa kali membesut film religi yang membuahkan berbagai penghargaan. Salah satu film religinya yang sukses adalah Nada dan Dakwah, yang mempertemukan dai sejuta umat dan raja dangdut. Seperti apakah film ini?Â
Film Nada dan Dakwah sangat populer pada tahun 1991. Banyak yang menantikan film ini karena K.H. Zainuddin ikut terlibat di dalamnya. Pada tahun-tahun tersebut dai ini sangat terkenal, jamaah yang mengikuti tabligh bisa mencapai puluhan ribu.Â
Selain K.H. Zainuddin M.Z, ada nama Rhoma Irama, Ida Iasha, Deddy Mizwar, W.D. Mochtar, dan Fuad Alkhar yang berperan di film tersebut. Namun tak hanya para pemerannya yang terkenal pada masa tersebut, cerita yang disajikan dalam Nada dan Dakwah juga bagus, premisnya masih relevan hingga saat ini.Â
Cerita berlatar di Desa Pandanwangi. Warga desa tersebut resah karena tanah tempat mereka bermukim diincar oleh seorang pengusaha untuk didirikan pabrik tapioka. Mereka lewat para preman dibujuk untuk menjual tanah mereka. Ada beberapa warga yang terbujuk dan menjual tanpa sepengetahuan anggota keluarga yang lain.Â
Melihat kondisi tersebut, pimpinan pondok pesantren, Â H. Murad (Deddy Mizwar) setempat merasa gelisah karena konflik antar keluarga mulai sering terjadi. Warga dibenturkan dengan sesamanya. Apalagi ketika kemudian muncul tempat biliar. Ia kemudian meminta bantuan Rhoma Irama dan K.H. Zainuddin M.Z. untuk memberikan kesadaran kepada warga agar tidak menjual tanah mereka.
Latifah (Ida Iasha) , puteri si pengusaha bernama Bustomi (W.D. Mochtar) ikut membantu membujuk ayahnya. Ia kemudian menggunakan cara lain untuk membantu warga desa. Namun, konflik semakin keruh.Â
Cerita yang Masih Relevan Hingga Sekarang
Film religi ini menyentuh konflik yang umum di alami warga desa. Ceritanya masih relevan hingga saat ini. Warga desa diiming-imingi dengan uang agar mau menjual tanah warisan nenek moyangnya. Generasi mudanya dipengaruhi sedemikian rupa agar mereka terbujuk dengan materi dan berani melawan kedua orang tuanya.
Tapi andaikata mereka menerima tawaran tersebut, bagaimana mereka mencari mata pencaharian ke depannya. Uang yang mereka terima dalam beberapa waktu ke depan akan ludes, sementara mereka tak lagi punya sawah untuk bercocok tanam.