Namun sayangnya ceritanya kemudian dibiarkan klise, padahal bagian pengenalannya sebenarnya sudah cukup lumayan baik. Ada banyak humor yang kurang berhasil memancing tawa dan malah terkesan berlebihan. Bagian ketika dua rekan Zul, Diana dan Jon mengeksploitasi kepolosan Zul dengan mencobai berbagai formula menjadi superhero seperti di film-film, terasa begitu berlebihan.Â
Konflik utama, pihak lawan, dan sosok penolong dari luar kampung juga terasa klise. Alurnya jadi seperti yang biasa ditemui di sinetron. Dialognya sebagian di antaranya juga bikin dahi berkerut. Saya jadi bersyukur film ini tidak tayang di bioskop karena kualitas ceritanya masih kurang wah.
Namun untuk debut sebagai sutradara dan aktor film panjang, Atta Halilintar juga patut diberikan dukungan. Kualitas gambarnya cukup lumayan. Gambarnya enak dilihat. Dengan banyaknya film Indonesia yang lebih banyak menonjolkan keglamoran, film yang mengangkat pahlawan biasa dari kampung pinggir sungai ini patut diapresiasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI