Di kitab tersebut juga dibahas hierarki hantu. Raja hantu adalah Bathari Durga yang awalnya adalah bidadari Uma yang mengalami kutukan. Panglimanya adalah Kalika yang membawahi beragam hantu.Â
Bentuk para hantu disebut ada tiga, yang pertama seratus persen hantu yang berbentuk ganjil dan mengerikan. Yang kedua beruwjud binatang. Dan yang terakhir berwujud benda, bisa berupa selendang, dupa, ataupun telenan.Â
Nah, yang menarik adalah jenis hantu. Oleh karena rupanya jenis hantu kuno ini banyak yang masih hingga di jaman sekarang. Yang paling komplet ada di Kakawin Sena sehingga disebut juga katalog hantu nusantara kuno. Hantu di kitab-kitab kuno itu di antaranya banaspati, kamangmang dan bandalungan yang berupa kepala dengan kobaran api; tendas buntit atau hantu kepala; tatangan atau hantu tangan; hanja sirah berupa kepala yang mengisap darah; wewedon yaitu hantu berwujud kain putih; jejengklek dan gandarwo yakni hantu yang rambutnya terurai; rare bajang hantu anak kecil, kukuk bawil dan huci-huci yang seperti burung malam; serta laweyan yakni hantu tanpa kepala dengan lubang di tubuhnya
Rupanya pada masa lalu hantu dikaitkan dengan malapetaka dan wabah. Lalu konsep hantu berubah seiring dengan pengaruh Timur Tengah. Jika dulu tak dikenal pocong maka sekarang ada banyak film tentang pocong karena jaman dulu mayat tak dikafani.Â
Wah aku menulis ini juga ikut deg-degan. Untung nulisnya siang dan ditemani banyak kucing.Â
Tapi benarkah hantu itu produk budaya dan merupakan hasil dari ketakutan kolektif. Andaikata pada masa depan, lahan hijau semakin menghilang dan tempat angker menjadi perumahan, apakah para hantu juga bakal menghilang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H