Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Komodifikasi "Girl Power" dalam Film Hollywood Belakangan Ini

29 Maret 2022   22:54 Diperbarui: 29 Maret 2022   23:07 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam "Enola Holmes" ceritanya mengada-ada dengan pelemahan karakter pria yang sudah dikenal (sumber gambar: antaranews)


Film-film laga yang mengusung tokoh utama perempuan di Hollywood jumlahnya tak sedikit. Banyak di antaranya yang sukses, seperti franchise "Tomb Raider" ala Angelina Jolie dan franchise "Underworld"nya Kate Beckinsale. Namun belakangan ini, sekitar enam tahun lalu mulai muncul tren girl empowerment alias girl power baik di film bioskop maupun film streaming. Komodifikasi ini mulai menyesakkan karena seolah-olah hanya mengikuti tren dan mengesampingkan kualitas cerita.

Istilah 'girl power' sepertinya dipopulerkan oleh Spice Girl. Sebagai girlband akhir tahun 90-an, kehadiran mereka memang fenomenal. Mereka memberikan semangat dan dorongan kepada remaja perempuan untuk memperjuangkan mimpinya.

Tak hanya di dunia musik, di mana Spice Girl menginspirasi munculnya berbagai girlband di berbagai negara, namun semangat girl power juga melanda industri perfilman. Ada begitu banyak film dengan tokoh utama perempuan, yang juga sukses besar. 

Di antaranya "Charlie's Angels" (2000),  "Erin Brockovich" (2000)  "Legally Blonde" (2001), ""Frida" (2002), "The Devil Wears Prada" (2006), Sex And The City The Movie" (2008), dan masih banyak lagi.

Charlie's Angels yang dibintangi Lucy Liu dkk ini bagus daripada yang belakangan (sumber gambar: cinemablend.com)
Charlie's Angels yang dibintangi Lucy Liu dkk ini bagus daripada yang belakangan (sumber gambar: cinemablend.com)

Saya sebagai perempuan senang dengan semangat girl power dan kehadiran film-film dengan tokoh utama perempuan. Banyak di antara film tersebut yang jalan ceritanya fresh dan memberikan inspiratif seperti ""The Sisterhood of the Traveling Pants"(2005).

Namun belakangan ini aku mulai resah dengan kecenderungan Hollywood akan film dengan tema 'girl empowerment'. Mulai kebablasan dan nampak sekali komodifikasinya.

Tema girl empowerment ini sepertinya mulai tren sejak gerakan me too merebak untuk mengecam pelecehan terhadap perempuan di industri perfilman. Oke saya setuju dengan gerakan ini, saya juga menentang  adanya pelecehan terhadap perempuan di tempat kerja dan di manapun.

Namun entah kenapa kemudian muncul semacam pemahaman bahwa perempuan harus mendukung film-film dengan tokoh perempuan, yang sayangnya sebagian film tersebut hanya mengubah tokoh utama yang sebelumnya pria menjadi wanita alias gender swap. Tokoh utama perempuannya juga digambarkan begitu superior, dengan pelemahan tokoh pria di dalamnya.

Oke, saya bukan menolak film dengan  tokoh utama perempuan. Yang saya soroti di sini adalah bagaimana girl power ini seolah-olah hanya menjadi tren dengan mengesampingkan kualitas cerita dalam enam tahun terakhir.  Seolah-olah hanya dengan melakukan gender swap maka niatan menyebarkan girl power itu sudah terlaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun