Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Asyiknya Jadi Anak Teater

26 Maret 2022   23:58 Diperbarui: 27 Maret 2022   13:20 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menurutku wayang wong juga merupakan bentuk teater (Dokumentasi pribadi) 

Saat meditasi kami dilarang untuk banyak bergerak. Biasanya prosesnya 10-15 menit. Ada kalanya kakiku kesemutan atau bentol-bentol digigit nyamuk.

Kami kemudian menjalani upacara kelulusan di  sebuah air terjun di Malang. Kami menginap, melakukan latihan di alam, kami berakting seolah-olah alam adalah panggung kami. Yang menarik sambil susur sungai, kami juga sekalian mengumpulkan sampah. Di akhir acara, wajah kami dibedaki dengan sesuatu berwarna putih yang terasa panas di wajah.

Nah saat acara tersebut aku tak membawa apa-apa di tas. Isi tasku hanya selimut tebal karena hawanya begitu dingin hahaha. Alhasil aku bisa tidur pulas selama di tenda.

Setiap Sabtu sore kami latihan. Biasanya diawali dengan meditasi, lari, gerak teatrikal, dan belajar hal-hal baru. Jika akan pentas maka kami berlatih tiap hari usai sekolah

Saat-saat itu membagi waktu antara pelajaran dan berlatih teater cukup berat, tapi untungnya nilaiku masih cukup baik sehingga orangtua tidak mengomeliku karena memilih ekskul teater, bukan ekskul bahasa atau KIR.

Ada banyak pementasan yang berkesan. Pentas pertama adalah semacam kabaret dengan cerita horor tentang leak. Modelnya kolosal. Kami anak baru jadi warga desa yang selalu muncul. Kami melakukan rekaman suara dulu, baru kemudian menghafal dialog dan menyesuaikannya dengan kaset yang diputar. 

Waktu kami muncul dan berdialog harus pas timing-nya dengan yang ada di kaset. Kami berlatih hampir satu bukan karena ada berbagai koreografi dan pengaturan pergerakan. Ini sungguh mengasyikkan.

Pentas kedua tentang kisah Menak Jingga dan Kencana Wungu. Ini memiliki unsur komedi. Aku menjadi salah satu istri Kencana Wungu yang kemayu. Meski hanya peran pendukung, aku senang sekali. Di sini kami melakukan semuanya swadaya, kami juga belajar mengatur lampu panggung.

Oh iya beberapa kali kami mengadakan pementasan mistis. Yang kedua setelah cerita leak yaitu tentang dukun yang hendak menghidupkan istrinya. Kami menggunakan lagu yang terkesan mistis dan tarian Jawa yang terasa membius. 

Sebagai gimmick kami juga membakar kemenyan dan mengatur salah satu dari kami berpura-pura jadi penonton dan seolah-olah kesurupan. Wah ini sungguh tak terduga, ada beberapa penonton lainnya yang menjerit-jerit ketakutan, mengira itu adalah betulan.

Yang ketiga bercerita tentang pembunuhan kepada kekasih yang berselingkuh. Ini semacam monolog. Si pembunuh bercerita tentang kekasihnya hingga ia kemudian memutuskan membunuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun