Di beberapa daerah di Indonesia, masih ada pedagang yang menjual daging satwa liar, termasuk anjing. Sumber daging anjing yang diperdagangkan itu di antaranya dari anjing-anjing liar ataupun anjing yang diculik dari pemiliknya. Cerita tentang anjing yang lolos dari komplotan  pedagang daging anjing ini bisa disaksikan dalam film bioskop berjudul "Marley".
Seekor anjing betina  berhasil lolos karena kandangnya tak tertutup rapat. Ia segera berlari dan bersembunyi dari pengejarnya. Hingga ia bertemu dengan seorang guru bernama Doni  (Tengku Tezy) yang kasihan kepadanya dan memberinya makan.
Usai diberi makan, anjing besar itu lalu berlari mengikutinya hingga ke rumah. Doni pun kemudian merawatnya dan memberinya nama Marley karena ia penggemar berat penyanyi reggae Bob Marley.
Namun tak mudah memelihara seekor anjing seorang diri. Marley memberontak saat dikunci di dalam rumah. Keesokan harinya Doni membawanya ke sekolah dan berujung dengan pemecatan.
Cerita yang Potensial Namun Digarap Setengah-setengah
Sebenarnya akan lebih menarik bila cerita dalam film ini difokuskan ke soal perdagangan daging anjing. Oleh karena sebenarnya melakukan jual beli daging satwa liar dilarang dalam Undang-undang Pangan.
Di Indonesia masih ada tempat yang memperjualbelikan daging anjing dan kucing. Padahal menyantap daging satwa liar bisa berpotensi mengalami penyakit berbahaya.
Namun sayangnya kisah tentang perdagangan anjing ini hanyalah bumbu cerita. Ini hanya sebagai awal pertemuan antara Marley dan Doni. Sekadar itu.
Fokus cerita dalam film ini rupanya lebih ke dunia pendidikan. Doni adalah guru matematika SD yang akrab dengan murid-muridnya. Ia menciptakan cara belajar khusus yang membuat siswa-siswi antusias mengikuti pelajarannya, yakni belajar sambil bermain. Ia juga suka memberikan hadiah permen kepada mereka.
Namun cara belajar Doni ini dianggap salah oleh rekannya sesama guru dan kepala sekolah, Pak Broto (Yadi Timo). Mereka lebih suka Doni mengikuti kurikulum dan metode mengajar seperti yang ditetapkan.