Ayushita). Ia berniat merawatnya. Kisah seorang ibu ini tersaji dalam film "Just Mom".
Seorang ibu (Chistine Hakim) merasa kesepian karena kedua anaknya sibuk dan jarang menemuinya. Ia hanya ditemani anak angkatnya, Jalu (Toran Waibro), dan asisten rumah tangganya, Sum (Dea Panendra). Hingga suatu ketika ia membawa pulang seorang gadis dengan gangguan jiwa yang tengah berbadan dua, Murni (Situasi tersebut membuat Jalu dan Sum tak nyaman. Ia melaporkan kepada Pratiwi (Niken Anjani) dan Damar (Ge Pamungkas), anak-anak si ibu. Kedua anaknya kemudian membujuk si ibu untuk membawa Murni  ke rumah sakit jiwa.
Sebuah film yang menghadirkan interaksi yang menarik antara ibu dan seorang gadis yang tak beruntung. Si ibu mengisi kesepian dan kekosongan hatinya dengan mencoba merawat gadis yang malang tersebut dan menganggapnya sebagai putrinya.
Film ini mencoba menampilkan dua sisi dari sisi ibu dan sisi anak-anak. Dari sisi ibu, penonton diajak menyelami apa yang dirasai seorang ibu ketika anak-anaknya beranjak pergi untuk berkeluarga dan bekerja. Ia tahu anak-anaknya punya kehidupan sendiri, namun ia tak bisa membohongi diri sendiri bila ia juga ingin bertemu anak-anaknya.
Sedangkan dari sisi anak-anak, penonton diajak memahami bagaimana mereka membagi perhatian antara pekerjaan, keluarga kecilnya, dan juga memperhatikan urusan ibu dan saudara-saudaranya.
Di sini juga ditampilkan interaksi antara Damar dengan kakaknya, Pratiwi, dan adik angkatnya, Jalu. Damar masih sering menggunakan bahasa krama ketika berdialog dengan ibunya untuk menunjukkan penghormatannya.
Sementara hubungan si ibu dengan Murni nampak naik turun, berkaitan dengan trauma yang pernah dialami Murni. Namun lambat laun mulai membaik.
"Just Mom" merupakan film yang menampilkan sosok ibu apa adanya. Christine Hakim menampilkan sosok ibu dengan apik. Lewat mimik dan mikro ekspresinya, penonton bisa merasai apa yang sedang dirasainya.
Ayushita sebagai Murni cukup luwes memerankan sosok perempuan yang mengalami gangguan jiwa. Dinamika emosi dan karakternya terlihat, bagaimana di awal cerita ia nampak terjebak di pikirannya sendiri dan secara perlahan-lahan ia mampu diajak berbicara.