Kembali ke teknologi film. Apabila kalian menonton kembali film "Janji Joni" yqng dibesut Joko Anwar di platform OTT maka kalian akan diajak bernostalgia ke masa teknologi sinema yang masih menggunakan sistem analog. Roll film 35 mm diputar dengan menggunakan proyektor. Roll film ini harus dirawat dengan baik-baik karena bisa kusam atau malah jamuran.
Lalu teknologi digital mengubah semuanya. Profesi pengantar roll film seperti Joni pun telah punah. Bioskop-bioskop menengah ke bawah yang tak mampu beradaptasi dengan teknologi digital karena investasinya yang besar maka satu persatu pun tiarap.
Di Indonesia perubahan mengarah ke teknologi digital mulai terjadi pada tahun 2005 diawali oleh jaringan Blitz kemudian sejak tahun 2010-an sudah hampir semua jaringan bioskop menggunakan teknologi digital.
Dengan teknologi digital, tak perlu lagi jasa pengantar roll film. Film digital dikemas dalam bentuk Digital Cinema Package di mana gambar dan suara sudah ada di dalamnya, demikian juga dengan subtitle-nya.
Paket  film digital tersebut kini didistribusikan melalui hardware, piringan optik, ataupun satelit. Namun pemutarnya pun juga khusus, menggunakan proyektor digital, tidak bisa menggunakan proyektor untuk pita seluloid.
Selain lebih mudah distribusinya, gambar dan suara dengan teknologi digital lebih jernih. Pembuatan film dengan format digital juga lebih murah dibandingkan dengan format pita seluloid.
Ada begitu banyak perubahan di dunia sinema. Kini dengan hadirnya platform OTT, juga mulai terjadi pergeseran distribusi film. Namun pengalaman menyaksikan film di bioskop dengan layar lebar dan kualitas suara yang baik memang masih sulit digantikan.
Ya, dengan menyaksikan "Janji Joni" kita bisa melihat kepingan sejarah teknologi analog yang dulu digunakan oleh industri sinema di Indonesia.