Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Firedrake The Silver Dragon", Cerita Naga dengan Sentuhan Dunia Modern

13 September 2021   09:44 Diperbarui: 13 September 2021   09:49 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ceritanya membaik setelah sekitar sepertuga film (sumber gambar: Netflix)


Jangan buru-buru 'menghakimi' sebuah film. Ini sebuah saran bijak yang pernah kudengar. Nikmati dan perhatikan dulu, kalau bisa hingga tuntas. Saran ini kuturuti saat menyaksikan "Firedrake The Silver Dragon", sebuah film tentang naga yang awalnya kupikir ceritanya mirip-mirip dengan "How to Train Your Dragon".

Awalan film yang dibesut Tomer Eshed ini memang selintas memang seperti kombinasi "How to Train Your Dragon" dan "Raya and The Last Dragon", yakni ada masa manusia hidup selaras dan harmonis bersama  naga, hingga manusia serakah. Alam dirusak dan naga diserang oleh bangsa manusia.

Kondisi ini juga diperparah dengan naga buatan penyihir yang memiliki kekuatan super dan tidak bisa dihancurkan. Nettlebrand, namanya. Makhluk tersebut menghabisi banyak naga, sehingga naga yang tersisa memilih hidup bersembunyi. Mereka menghindari untuk terbang dan menyemburkan api agar kehadirannya tidak mencolok

Hingga suatu ketika manusia mulai membabat hutan tempat mereka bersembunyi. Seekor naga abu-abu, Firedrake, ingin menemukan tempat bernama Rim of The World, tempat naga bisa hidup dengan tenang. Ia dan sahabatnya, Sorrel, seekor forest brownie, kemudian mencari cara menemukan tempat tersebut hingga tak sengaja berjumpa seorang remaja.

Semakin Membaik Sejak Sepertiga Cerita
Film ini mungkin masuk jenis film yang tidak cepat 'panas', santai dulu saja. Baru setelah memasuki sepertiga film, maka film ini akan membaik dan menarik untuk diikuti.

Gambarnya bagus dan ceritanya juga lama-kelamaan menarik (sumber gambar: Netflix)
Gambarnya bagus dan ceritanya juga lama-kelamaan menarik (sumber gambar: Netflix)


Ya, awalnya kukira jalan ceritanya tipikal seperti film-film naga sebelumnya. Tapi rupanya jalan ceritanya cukup menarik. Hal ini terutama disumbang oleh kehadiran makhluk-makhluk lain yang diduga telah punah dan juga grafisnya yang apik. Panorama padang pasir, hutan misterius, dan tempat-tempat menakjubkan lainnya memanjakan mata.

Dalam perjalanannya menemukan ujung dunia, trio ini berjumpa dengan monster dongeng dan makhluk yang diduga punah, seperti kurcaci, makhluk kerdil berukuran sekitar satu jari, dan juga jin. Hehehe ini sih yang bikin ceritanya makin menarik dan seru. Ada beberapa di antaranya yang sukses membuat tertawa terpingkal-pingkal.

Oh iya sosok manusianya tidak seperti Hiccups dalam "How to Train Your Dragon", yang kikuk saat kali pertama berjumpa dan mengendarai naga. Si Ben ini rupanya santai-santai saja menunggang naga, kecuali saat cuaca buruk. Ia sepertinya sudah ditakdirkan menjadi penunggang naga.

Selain itu unsur modern dalam film animasi asal Jerman ini membuat ceritanya terasa kocak dan segar. Si naga jejadian, Nettlebrand, menggunakan internet dan video call untuk berkomunikasi dengan anak buahnya, Twigleg. Ia juga punya alat transportasi khusus. Bahkan ia merencanakan cari jodoh lewat aplikasi kencan. Hahaha.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun