Andaikata Kisah Cinta Raden Panji dan Galuh Candrakirana Difilmkan
Sudah pernah dengar kisah cinta ala Rama Shinta versi Jawa Timur? Apabila kalian menjawab keduanya adalah Raden Panji dan Galuh Candrakirana, maka jawaban kalian benar. Kisah romansa mereka diwarnai intrik dan petualangan. Andaikata difilmkan, maka filmnya bakal epik dan memberikan gambaran tentang era abad XII Masehi di Jawa Timur.
Kisah cinta Panji dan Candrakirana ini sangat populer di Malang, Kediri, dan sekitarnya. Bahkan kisah cinta ini populer di berbagai daerah di Indonesia dan dikenal sampai ke berbagai negara Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Thailand. Kedua tokoh sentral cerita ini diduga nyata dengan latar cerita pada masa Kerajaan Kediri terbagi dua, Kerajaan Panjalu dan Jenggala.
Ketika kecil, ayah sering memperdengarkan kaset berisikan cerita Raden Panji. Ada banyak volumenya. Namun aku baru benar-benar paham tentang ceritanya ketika membaca riwayat percintaan mereka di sebuah buku. Bukunya entah kemana. Namun kisah cinta keduanya ini sangat berkesan. Epik. Seperti kisah Rama dan Shinta.
Ketika mempelajari tentang seni topeng Malang, baru aku memahami betapa populernya cerita ini. Ia mulai diceritakan pada masa kekuasaan Singosari dan mencapai puncak popularitas pada era Majapahit, bahkan muncul di berbagai relief candi di Jawa Timur seperti Candi Penataran di Blitar.
Kisah cinta Panji-Candrakirana juga menjadi cerita yang umumnya dipentaskan pada sendratari topeng Malang. Bahkan 76 karakter yang ada di topeng Malang diduga terinspirasi dari para karakter cerita roman tersebut.
Seperti Apa Sih Ceritanya?
Nah bagi yang tinggal di luar Malang dan Jawa Timur, mungkin tidak banyak tahu tentang kisah romansa Raden Panji dan Galuh Candrakirana. Kisah ini berlatar pada masa Kerajaan Panjalu dan Jenggala.
Dulunya kedua kerajaan ini adalah satu ketika masih di bawah pemerintahan Airlangga. Untuk menghindari perebutan kekuasaan maka Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua, Panjalu (Kediri) beribukota di Daha dan Jenggala beribu kota di Kahuripan.
Raden Panji Inu Kertapati alias Panji Asmarabangun adalah pangeran Jenggala. Ia sejak kecil ditunangkan oleh Galuh Candrakirana, putri Panjalu.
Perjodohan mereka menghadapi sejumlah kendala. Permaisuri Daha, ibunda Galuh Candrakirana meninggal karena racun. Ibu tiri yang merupakan selir dan adik tirinya kerap menyakiti perasaannya, bahkan pernah memotong rambutnya sehingga ia sedih dan kemudian melarikan diri bersama para pengikutnya.